Kasus Covid-19 Terus Meninggi, Apakah Masih Terkendali?

Tim Riset, CNBC Indonesia
06 February 2022 20:00
Pasien membawa koper untuk melakukan isolasi di Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet, Kamis (3/2/2022). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Suasana aktivitas di luar Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet, Jakarta, Kamis (3/2/2022). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Wanti-Wanti WHO

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun memberi wanti-wanti. Bukan tidak mungkin lonjakan kasus positif corona di banyak negara belum mencapai puncaknya, masih bisa lebih tinggi lagi.

"Kami mendorong kewaspadaan karena banyak negara sepertinya belum mengalami puncak varian Omicron. Banyak negara yang vaksinasinya masih rendah," tegas Maria Van Kerkhove, Kepala Teknis Respons Covid-19 WHO, seperti dikutip dari Reuters.

Namun, WHO tidak menyarankan negara-negara yang mengalami lonjakan kasus positif untuk mengambil langkah reaktif dengan karantina wilayah (lockdown) atau semacamnya. WHO hanya meminta agar berhati-hati jika ingin melonggarkan pembatasan sosial (social distancing).

"Kami meminta semua tetap waspada jika ingin melakukan pelonggaran. Sebab virus ini sangat dinamis," lanjut Van Kerkhove.

"Kami tidak menyarankan kembali ke lockdown. Namun semua negara wajib melindungi rakyatnya dengan segala cara, bukan hanya vaksinasi," kata Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO, sebagaimana diwartakan Reuters.

Sejumlah negara Eropa sudah mulai mengendurkan pembatasan. Denmark dan Austria menjadi yang terbaru, mengikuti jejak Inggris, Irlandia, dan Belanda.

Prediksi soal Akhir Pandemi

Sebelumnya, WHO memprediksi pandemi COVID-19 bisa selesai di tahun 2022. Hal ini disebut bisa dicapai asalkan cakupan vaksinasi COVID-19 global bisa sesuai target.

WHO menargetkan sekitar 70 persen populasi dunia seharusnya sudah mendapat vaksin pada pertengahan tahun 2022. Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menjelaskan semua negara harus bekerja sama supaya tidak ada yang cakupan vaksinasinya tertinggal.

"Inilah saatnya untuk mengatasi nasionalisme jangka pendek. Lindungi populasi dan ekonomi dari varian masa depan dengan mengakhiri ketidakadilan suplai vaksin global," ungkap Tedros beberapa waktu lalu seperti dikutip dari situs resmi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), seperti dikutip Detik.com.

"Kita memiliki 185 hari untuk mencapai target 70 persen di awal Juli 2022. Dimulai dari sekarang," lanjutnya.

Saat ini COVID-19 varian Delta dan Omicron masih menjadi ancaman utama yang meningkatkan kasus orang sakit dan kematian. Ada kekhawatiran Omicron yang bersirkulasi bersamaan dengan Delta bisa menjadi pemicu kembali 'tsunami' kasus Covid-19.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(adf)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular