Akhirnya! Dua Minggu Terkapar, Rupiah Bisa Bangkit

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 February 2022 13:15
Ilustrasi Dollar
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah tipis pada perdagangan kemarin. Namun secara mingguan, mata uang Tanah Air mampu terapresiasi di hadapan greenback meski sangat terbatas.

Kemarin, US$ 1 setara dengan Rp 14.378 kala penutupan perdagangan pasar spot. Rupiah melemah 0,02% dari posisi hari sebelumnya.

Akan tetapi, rupiah masih mampu menguat 0,05% secara mingguan. Penguatan ini memutus rantai pelemahan rupiah yang sebelumnya terjadi selama dua minggu berturut-turut.

Seperti halnya rupiah, mata uang Asia lainnya juga berhasil menguat terhadap dolar AS. Secara mingguan, yen Jepang menguat 0,03%, dolar Singapura 0,66%, ringgit Malaysia 0,24%, baht Thailand 1,32%, dan rupee India 0,53%.

Tidak hanya di Asia, kelesuan dolar AS terjadi secara global. Sepanjang pekan ini, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) ambles 1,84%. Ini menjadi koreksi mingguan terparah sejak November 2020.

Halaman Selanjutnya --> Awas, Dolar Bisa 'Ngamuk' Lagi

Meski demikian, sepertinya pelemahan dolar AS tersebut hanya sementara. Ke depan, mata uang Negeri Paman Sam diperkirakan kembali menjadi 'raja' mata uang dunia.

Berdasarkan jajak pendapat yang digelar Reuters pada 31 Januari 2021-2 Februari 2022 terhadap 43 FX strategist, sebanyak 32% responden memperkirakan dominasi dolar AS akan terjadi setidaknya selama 3-6 bulan ke depan. Sementara 26% responden 'meramal' dominasi dolar AS bisa bertahan dalam 6-12 bulan ke depan.

usdSumber: Reuters

Keperkasaan dolar AS akan didukung oleh arah kebijakan bank sentral The Federal Reserve/The Fed yang menuju ke arah ketat pada tahun ini. Keyakinan itu makin tebal kalau melihat data ketenagakerjaan teranyar.

Pada periode Januari 2022, perekonomian AS menciptakan 467.000 lapangan kerja non-pertanian (non-farm payroll). Angka ini jauh di atas konsensus pasar yang dihimpun Reuters dengan perkiraan 150.000.

"Data ini akan menjadi energi bagi The Fed untuk semakin hawkish," ujar Daragh Maher, Hed of FX Strategy di HSBS, seperti dikutip dari Reuters.

Saat inflasi makin tinggi dan pasar tenaga kerja terus membaik, maka kian tidak ada alasan bagi Ketua Jerome 'Jay' Powell dan kolega untuk mempertahankan kebijakan moneter akomodatif. Normalisasi harus segera dilakukan agar perekonomian Negeri Stars and Stripes tidak mengalami overheat.

Saat ini suku bunga acuan AS ada di 0-0,25%. Mengutip CME FedWatch, kemungkinan Federal Funds Rate berada di 1-1,25% pada akhir 2022 adalah 48%, paling tinggi di antara probabilitas lainnya. Dengan asumsi sekali kenaikan adalah 25 basis poin (bps), maka Federal Funds Rate sepertinya akan naik empat kali tahun ini.

fedSumber: CME FedWatch

Saat suku bunga acuan naik, maka imbalan bernvestasi di aset berbasis dolar AS (terutama di instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi) akan ikut terangkat. Akibatnya, minat terhadap aset itu akan naik dan otomatis meningkatkan permintaan terhadap dolar AS. So, jangan heran kalau nanti dolar AS bakal kembali berjaya.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular