
Bertahan Hijau, IHSG Sesi 2 Siap Menuju All Time High

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,36% di level 6.707,98 hingga perdagangan sesi I Jumat (4/2/2022) berakhir.
Data perdagangan mencatat saat IHSG menguat ada 281 saham yang naik, 222 saham yang melemah dan 166 saham stagnan.
Nilai transaksi mencapai Rp 5,75 triliun dan asing pun kembali memborong saham-saham RI dengan net buy sebesar Rp 372,5 miliar.
Pergerakan IHSG sejalan dengan mayoritas bursa saham utama Asia yang juga bergerak di zona hijau. Indeks Hang Seng memimpin penguatan dengan apresiasi 3%.
Menariknya IHSG justru menguat ketika sedang banjir sentimen negatif. Sentimen pemberat pasar datang dari bursa saham Wall Street.
Semalam ketiga indeks saham acuan bursa New York ditutup dengan koreksi tajam. Indekd Dow Jones minus 1,45%. Kemudian indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite masing-masing anjlok 2,44% dan 3,74%.
Saham-saham teknologi AS terus tertekan akibat aksi jual yang masif oleh para investornya jelang kenaikan suku bunga acuan yang akan dilakukan oleh the Fed paling cepat bulan Maret 2022.
Kemudian dari dalam negeri, kenaikan kasus infeksi Covid-19 masih menjadi cermatan utama pelaku pasar belakangan ini.
Lonjakan kasus infeksi Covid terus meningkat drastis dalam sepekan dalam sepekan ini, di mana dalam empat hari terakhir kasus corona kembali menembus angka 10.000.
Data terbaru dari pemerintah, per tanggal 3 Februari terdapat penambahan 27.197 kasus positif baru. Provinsi DKI Jakarta melaporkan tambahan tertinggi dengan 10 ribu kasus dalam 24 jam terakhir.
Dengan adanya dua sentimen negatif tersebut, IHSG masih mampu menguat di sesi I, bagaimana pergerakan indeks di sesi II? Berikut ulasan teknikalnya.
Analisis Teknikal
![]() Teknikal |
Pergerakan IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu jam (hourly) dan menggunakan indikator Boillinger Band (BB) untuk menentukan area batas atas (resistance) dan batas bawah (support).
Jika melihat posisi penutupan sesi I dan indikator BB, IHSG tampak bergerak mendekati level resisten terdekat sekaligus level All Time High (ATH) di 6.754.
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lain yaitu Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
Perlu diketahui, RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
RSI cenderung bergerak naik yang menunjukkan penguatan momentum beli. Apabila melihat RSI, maka tampak IHSG cenderung semakin mendekati level overboughtnya dengan posisi terakhir di 63,07.
Apabila menggunakan indikator teknikal lain yakni Moving Average Convergence Divergence (MACD), tampak garis EMA 12 sudah memotong garis EMA 26 dan bar histogram berada di wilayah positif.
Namun pola yang terbentuk masih konvergen (menyempit). Overall secara teknikal peluang IHSG ditutup di zona hijau masih terbuka.
Setidaknya untuk di sesi II, IHSG berpotensi menguji level support di 6.700 dan resisten di 6.754.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000