Kurs Dolar Australia Ngeri Nih! Sepekan Melesat 2% Lebih
Jakarta, CNBC Indonesia - Semenjak bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) membuka peluang kenaikan suku bunga di tahun ini, dolarnya terus menguat melawan rupiah.
Pada perdagangan Jumat (4/2), pukul 11:56 WIB, dolar Australia memang menguat tipis 0,1% ke kisaran Rp 10.273/AU$ di pasar spot. Tetapi sepanjang pekan ini penguatannya tercatat sekitar 2,2%.
Dalam pengumuman kebijakan moneter Selasa (1/2), RBA merubah proyeksinnya terkait suku bunga. Sebelumnya bank sentral pimpinan Philip Lowe ini mengindikasikan suku bunga tidak akan dinaikkan setidaknya hingga akhir 2023, tetapi pada pengumuman kemarin berubah bisa jadi di tahun ini.
Sebabnya, inflasi yang sudah mencapai target dan ada kemungkinan semakin meningkat.
Sebelumnya Biro Statistik Australia melaporkan inflasi di kuartal IV-2021 tumbuh 1,3% dari kuartal sebelumnya. Sehingga inflasi selama setahun penuh menjadi 3,5% di 2021.
Kemudian inflasi inti tumbuh 1% di kuartal IV-2021 dari kuartal sebelumnya. Sepanjang 2021, inflasi inti tumbuh sebesar 2,6% yang merupakan level tertinggi sejak 2014. Kenaikan inflasi inti tersebut lebih tinggi dari ekspektasi ekonomi sebesar 2,3%, dan mencapai target RBA sebesar 2% sampai 3%.
Selain itu, RBA juga mengakhiri program pembelian obligasi (quantitative easing). Selama pandemi, neraca RBA mengalami lonjakan nyaris 3 kali lipat menjadi US$ 640 miliar akibat melakukan QE pertama sepanjang sejarah.
Di sisi lain, rupiah sedang tertekan akibat kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) yang terus menanjak.
Kemarin Satuan Tugas Penanganan Covid-19 melaporkan ada tambahan 27.197 kasus baru, jauh meningkat dibandingkan hari sebelumnya 17.895 kasus dan menjadi yang tertinggi sejak 14 Agustus tahun lalu.
DKI Jakarta masih menyumbangkan kasus harian terbanyak, yaitu 10.117. Disusul Jawa Barat (7.308) dan Banten (4.312).
Terus menanjaknya kasus Covid-19 membuat pelaku pasar was-was Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang lebih ketat akan diterapkan lagi.
Saat ini pemerintah masih menetapkan PPKM level 2 di DKI Jakarta, tetapi tidak menutup kemungkinan akan diketatkan pada pekan depan. Hal tersebut berisiko menghambat laju pemulihan ekonomi yang memberikan tekanan bagi rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)