
Wah! Manajer Investasi Sarankan Kurangi Alokasi Aset Saham

Jakarta, CNBC Indonesia - Manajer investasi atawa fund manager aset di kancah global mulai sedikit mengurangi eksposur yang direkomendasikan atas aset berisiko diganti dengan kepemilikan obligasi karena bersiap menghadapi volatilitas yang lebih besar di pasar keuangan yang disebabkan oleh inflasi yang tak kunjung reda dan bank sentral yang diperkirakan semakin agresif.
Menurut jajak pendapat Reuters, para responden yang merupakan fund manager merekomendasikan pemangkasan untuk lokasi ekuitas (saham) menjadi rata-rata 50,1% dari model portofolio global, turun dari porsi 50,3% pada bulan sebelumnya.
Rekomendasi untuk kepemilikan obligasi naik dengan jumlah yang sama menjadi 39,3% dari portofolio global yang seimbang, dengan alokasi untuk uang tunai, properti, dan investasi alternatif masing-masing stabil di angka 3,6%, 1,3% dan 5,7%.
Kekhawatiran bahwa bank sentral menjadi lebih hawkish dan meningkatnya ketegangan geopolitik nyaris menyeret indeks ekuitas MSCI All Country World Indeks (ACWI) ke ambang Januari terburuk sejak 2008 tetapi pendapatan perusahaan AS yang lebih baik membantu menutup beberapa kerugian. MSCI ACWI sendiriadalah indeks ekuitas internasional, yang melacak saham dari 23 negara maju dan 25 negara berkembang.
Laporan pendapatan yang bagus membuat Nasdaq mampu mengakhiri Januari sedikit lebih baik - koreksi 8,99% - setelah nyaris menghindari pembukaan tahun terburuk sepanjang masa di tahun 2008 ketika jatuh 9,89%. Indeks S&P 500 juga mencatatkan kinerja bulanan terburuk sejak awal pandemi Maret 2020 dan kinerja awal tahun 2022 ini juga tercatat sebagai terlemah pada bulan Januari sejak krisis keuangan global tahun 2009.
Sementara itu, bank sentral AS bersiap untuk menaikkan suku bunga pada bulan Maret. Beberapa Bank sentral lain juga sudah mulai melakukan pengetatan kebijakan moneter dan akan mengikuti langkah The Fed setelah bertahun-tahun membagikan 'uang kaget' dalam bentuk stimulus darurat terkait pandemi.
"Ini bukan saatnya untuk menambah risiko, tetapi untuk tetap berpegang pada [pedoman utama]. Volatilitas ekuitas meningkat dan akan tetap lebih tinggi karena pasar akan menilai kembali jalur inflasi dan respons bank sentral. Pengembalian ekuitas satu digit pada tahun 2022 adalah base case kami," kata Matteo Germano, kepala multi-aset di Amundi, dilansir Reuters.
Koreksi harga aset bulan lalu terjadi karena inflasi melonjak hampir di mana-mana.
"Inflasi yang lebih tinggi dan tingkat suku bunga yang lebih tinggi akan mengurangi pendapatan ekuitas. Setelah beberapa dekade [relatif aman], kembalinya inflasi yang tinggi berarti investor perlu mengubah pola pikir mereka," tambah Germano.
"Memainkan putaran pasar yang sedang berlangsung akan menjadi yang terpenting untuk menghasilkan pengembalian."
Fund manager sekarang melihat risiko teratas untuk posisi portofolio mereka adalah inflasi yang lengket dan seberapa agresif Fed menaikkan suku bunga.
Hal tersebut mulai menggantikan kekhawatiran investor terhadap coronavirus dan variannya, risiko yang hadir secara konsisten sepanjang pandemi.
