Pasca Meroket 2%, Kurs Dolar Australia Mulai Stabil

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Kamis, 03/02/2022 14:20 WIB
Foto: Dolar Australia (REUTERS/Thomas White)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs dolar Australia meroket nyaris 2% melawan rupiah dalam dua hari perdagangan di awal pekan ini. Tetapi setelahnya dolar Australia mulai stabil, dan cenderung menurun tipis-tipis.

Pada perdagangan Kamis (3/2) pukul 11:51 WIB, AU$ 1 berada di kisaran Rp 10.237, dolar Australia turun tipis 0,06% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Kemarin mata uang Negeri Kanguru ini turun hanya 0,03%.

Sementara itu penguatan tajam di dua hari pertama pekan ini terjadi setelah bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) membuka peluang kenaikan suku bunga di tahun ini setelah inflasi menunjukkan kenaikan dan mencapai target.


RBA dalam pengumuman kebijakan moneter Selasa kemarin merubah proyeksinnya terkait suku bunga. Sebelumnya bank sentral pimpinan Philip Lowe ini mengindikasikan suku bunga tidak akan dinaikkan setidaknya hingga akhir 2023, tetapi pada pengumuman kemarin berubah bisa jadi di tahun ini.

Sebabnya, inflasi yang sudah mencapai target dan ada kemungkinan semakin meningkat. Lowe juga mengakui jika kenaikan inflasi lebih tinggi dari prediksi bank sentral.

Selasa pekan lalu Biro Statistik Australia melaporkan inflasi di kuartal IV-2021 tumbuh 1,3% dari kuartal sebelumnya. Sehingga inflasi selama setahun penuh menjadi 3,5% di 2021.

Kemudian inflasi inti tumbuh 1% di kuartal IV-2021 dari kuartal sebelumnya. Sepanjang 2021, inflasi inti tumbuh sebesar 2,6% yang merupakan level tertinggi sejak 2014. Kenaikan inflasi inti tersebut lebih tinggi dari ekspektasi ekonomi sebesar 2,3%, dan mencapai target RBA sebesar 2% sampai 3%.

"Bank sentral Australia memprediksi inflasi akan meningkat dalam beberapa kuartal ke depan ke kisaran 3,25%, sebelum menurun dan berada di kisaran 2,75% selama 2023, sebab masalah rantai pasokan sudah berhasil diatasi dan pola konsumsi kembali normal," kata Lowe sebagaimana dilansir news.com.au, Selasa (1/2).

Selain itu, RBA kemarin juga mengakhiri program pembelian obligasi (quantitative easing). Selama pandemi, neraca RBA mengalami lonjakan nyaris 3 kali lipat menjadi US$ 640 miliar akibat melakukan QE pertama sepanjang sejarah.

Artinya, gelontoran likuiditas ke perekonomian sudah berakhir yang membuat dolar Australia lebih perkasa.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor