
Bukan Poltak Si Raja Minyak, Tapi Minyak Memang Jadi Raja...

Jakarta, CNBC Indonesia - Minyak mentah menjadi raja aset dunia pada awal 2022 mengalahkan saham, logam, dan lain-lain. Apa yang membuat si emas hitam begitu menarik di mata pemilik modal?
Reuters mencatat kinerja 22 aset sepanjang 2022. Hasilnya mayoritas aset memiliki kinerja negatif dan hanya 4 aset yang memiliki kinerja positif.
Minyak dunia di peringkat pertama dengan kenaikan 15% year-to-date (ytd) pada tahun 2022, lebih tinggi dari pencapaian tahun lalu pada periode yang sama sebesar 10,9%.
Sementara di urutan kedua ada CRB Commodities Index yang memiliki kinerja 11,7% ytd. Kemudian di urutan ketiga dan empat ditempati oleh tembaga dan mata uang yen Jepang yang masing-masing naik 1,4% dan 0,7% ytd. Sedangkan aset yang memiliki kinerja terburuk adalah Shanghai A shares yang anjlok 7,5% ytd.
Ketegangan Rusia-Ukraina menjadi faktor utama yang menggerakkan harga si emas hitam. Rusia masih menyiagakan ratusan ribu pasukan di perbatasan Ukraina, langkah yang membuat dunia ketar-ketir. Risiko akan meletusnya perang tidak bisa dikesampingkan.
Amerika Serikat (AS) dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) sudah berkirim surat ke Kremlin. AS dan sekutunya meminta Rusia untuk menarik pasukan di perbatasan Ukraina. Dmitry Peskov, Juru Bicara Pemerintah Rusia, menyatakan masih mengkaji proposal tersebut.
Namun, sejatinya ada harapan konfrontasi bersenjata tidak sampai terjadi. Sikap Rusia yang tidak menolak proposal AS dan NATO adalah secercah harapan untuk menghindarkan perang.
Fakta bahwa masih ada jarak antara Rusia dengan negara-negara barat membuat pelaku pasar (dan seluruh) dunia khawatir. Kekhawatiran ini begitu terasa di pasar komoditas, terutama minyak.
"Pasar gelisah bahwa pasokan fisik dapat terganggu. Kemungkinan besar, aliran akan berlanjut, tetapi risikonya tidak dapat diabaikan bahwa sesuatu dapat mempengaruhi keseimbangan fisik," kata Paul Sheldon, kepala penasihat geopolitik, analitik, di S&P Global Platts.
Ketegangan politik di Eropa Timur ini menambah kekhawatiran pasokan yang sudah ketat kala OPEC+ kesulitan memenuhi target produksi bulanan.
JPMorgan mengatakan ketegangan mempertaruhkan "lonjakan material" dalam harga minyak dan mencatat bahwa kenaikan bisa menjadi US$150 per barel.
Rusia adalah salah satu produsen dan eksportir minyak utama dunia. Saat terjadi ketegangan, dikhawatirkan produksi dan distribusi minyak Negeri Beruang Merah akan terganggu. Pasokan minyak dunia akan berkurang sehingga harga bergerak naik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pesta Usai! Harga Minyak Mentah Dunia Longsor Nyaris 1%