Ada Ancaman Perang Dunia III, Harga Batu Bara Naik

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
03 February 2022 07:04
Seorang anggota militer Ukraina membawa senjata anti-tank ringan generasi berikutnya (NLAW)  yang dipasok oleh Inggris di tengah ketegangan antara Rusia dan Ukraina selama latihan di wilayah Lviv, Ukraina, Kamis (27/1/2022). (Press Service of the Ukrainian Ground Forces Command/Handout via REUTERS)
Foto: Seorang anggota militer Ukraina membawa senjata anti-tank ringan generasi berikutnya (NLAW) yang dipasok oleh Inggris di tengah ketegangan antara Rusia dan Ukraina selama latihan di wilayah Lviv, Ukraina, Kamis (27/1/2022). (Press Service of the Ukrainian Ground Forces Command/Handout via REUTERS)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara akhirnya naik juga. Namun kenaikan itu belum seberapa ketimbang koreksi dalam yang terjadi hari-hari sebelumnya.

Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup di US$ 194,1/ton. Naik 0,83% dibandingkan penutupan hari sebelumnya.

Kenaikan ini bak oasis di padang pasir, karena sebelumnya harga si batu hitam turun empat hari beruntun. Selama empat hari tersebut, harga ambles 17,94%.

Koreksi itu juga membuat harga batu bara menjadi lebih 'murah'. Hasilnya, investor kembali berminat dan memborong kontrak batu bara sehingga harganya naik.

Selan itu, perkembangan tensi Rusia-Ukraina juga membuat investor (dan seluruh dunia) resah bin gelisah. Rusia masih menyiagakan ratusan ribu pasukan di perbatasan Ukraina, yang membikin gerah Amerika Serikat (AS) dan sekutunya di Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Presiden AS Joseph 'Joe' Biden akhirnya menggerakkan 'bidak catur'. Biden memerintahkan hampir 3.000 pasukan Negeri Adidaya ke Eropa Timur dalam upaya menggertak Rusia.

"Selama Presiden Putin (Vladimir Putin, Presiden Rusia) bersikap agresif, kami memastikan bahwa sekutu kami di NATO adadi sana," tegas Biden, seperti dikutip dari Reyters.

"Kami mengirimkan sinyal kepada dunia bahwa NATO berharga bagi AS dan sekutu kami. Kami memastikan bahwa kami siap membela sekutu kami," ujar John Kirby, Juru Bicara Kementerian Pertahanan AS, juga diberitakan Reuters.

Jika sampai meletus perang di Ukraina yang melibatkan Rusia (amit-amit), maka dampaknya akan sangat luar biasa. Eropa sangat bergantung kepada pasokan gas dari Eropa, yang pipanya melewati Ukraina. Sekitar 35% kebutuhan gas Benua Biru datang dari Negeri Beruang Merah.

Saat terjadi konfrontasi bersenjata, tentu pasokan gas ini bakal terganggu. Agar pembangkit listrik tetap bisa beroperasi, dibutuhkan sumber energi pengganti, dan itu adalah batu bara. Ketika pasokan gas seret, maka batu bara akan menjadi pilihan sehingga permintaan naik dan harga ikut terungkit.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Kurang 'Vitamin', Harga Batu Bara Diramal Masih Lemah Lesu

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular