
Waspada! Sudah Pepet All Time High, IHSG Rawan Profit Taking

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan perdana di bulan Februari 2022 dengan kinerja yang impresif.
Pasca libur tahun baru Imlek, IHSG ditutup melesat 1,15% di level 6.707,65. Transaksi kembali tembus Rp 12,5 triliun dan asing net buy Rp 448 miliar di pasar reguler.
Dengan kinerja yang impresif tersebut, IHSG menduduki peringkat kedua di kawasan Asia Tenggara setelah Filipina yang indeks sahamnya naik 1,32% dan peringkat keempat di Asia Pasifik. Namun mayoritas bursa saham Asia juga libur.
Dari dalam negeri, ada rilis data inflasi bulan Januari 2022. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) naik 0,56% secara month on month (mom) dan 2,18% year on year (yoy).
Inflasi di bulan Januari 2022 tercatat menjadi yang tertinggi sejak Mei 2020. Namun dengan kenaikan tersebut, inflasi Indonesia tetap berada di rentang target sasaran Bank Indonesia (BI) di 2-4%.
Untuk hari ini, pelaku pasar perlu mencermati sejumlah sentimen yang bakal mewarnai perdagangan.
Kenaikan kasus infeksi Covid-19 harian di Tanah Air menjadi perhatian pasar. Indonesia dinilai sudah memasuki gelombang ketiga Covid-19 menurut Kementerian Kesehatan.
"Gelombang ketiga peningkatan kasus yang pasti indikatornya," ungkap Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kemenkes dr Siti Nadia Tarmizi kepada CNBC Indonesia, Selasa (1/2/2022).
Dia juga menambahkan pihaknya terus melakukan monitor mengenai peningkatan kasus Covid-19 di tanah air. Penambahan itu baru terjadi sekitar 10 hari terakhir.
Sebagai informasi, selama satu minggu terakhir kasus Covid-19 harian terus mengalami kenaikan. Misalnya saja pada Selasa kemarin angkanya mencapai 16.021 kasus.
Angka tersebut naik dari 10.185 kasus pada 31 Januari 2021. Dalam sepekan terakhir hanya pada tanggal 31 Januari 2021 mengalami penurunan dari hari sebelumnya yakni 12.422 kasus.
Kondisi pandemi yang memburuk tentu menjadi sentimen negatif untuk pasar terutama aset-aset beresiko seperti saham. Apalagi indeks sudah melesat signifikan kemarin sehingga rawan terjadi aksi profit taking yang membuat harga ambles.
Analisis Teknikal
![]() Teknikal |
Pergerakan IHSG dianalisis berdasarkan periode harian (daily) dan menggunakan indikator Boillinger Band (BB) untuk menentukan area batas atas (resistance) dan batas bawah (support).
Jika melihat posisi penutupan kemarin dan indikator BB, IHSG tampak bergerak mendekati level resisten terdekat sekaligus level All Time High (ATH) di 6.754.
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lain yaitu Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
Perlu diketahui, RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
RSI cenderung bergerak naik yang menunjukkan penguatan momentum beli. Namun RSI masih berada di level 57,23. Belum menunjukkan adanya indikasi jenuh beli.
Apabila menggunakan indikator teknikal lain yakni Moving Average Convergence Divergence (MACD), tampak garis EMA 12 sudah memotong garis EMA 26.
Jika melihat indikator teknikal maka ada peluang IHSG menguat. Namun pemburukan sentiment dan kinerja ynag impresif kemarin, IHSG rawan akan koreksi.
Untuk perdagangan hari ini, IHSG akan menguji level support di 6.648 dan resisten terdekat di 6.754.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sempat Dibuka Hijau, IHSG Sempat Sentuh Rekor Lagi