Habis Imlek, IHSG Bagi-bagi Rejeki! Dibuka HIjau Nih

Putra, CNBC Indonesia
02 February 2022 09:12
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat 0,4% di level 6.657,79 mengawali perdagangan perdana di bulan Februari 2022.

IHSG lanjut menguat dengan apresiasi 0,77% di level 6.85,72 pada 09.08 WIB. Asing net buy Rp 78 miliar di pasar reguler.

Saham duo big bank BBRI dan BBCA menjadi yang paling banyak diborong asing dengan net buy Rp 23 miliar dan Rp 43 miliar.

Sedangkan saham ANTM dan TLKM menjadi duo saham yang paling banyak dilepas asing dengan net sell Rp 12 miliar dan Rp 4 miliar.

IHSG mendapatkan katalis positif dari kinerja Wall Street yang cukup oke semalam. Indeks Dow Jones naik 0,78% dan memimpin penguatan sedangkan indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite masing-masing naik 0,68% dan 0,75%.

Sebelum libur, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,22% di level 6.631,15 pada Senin (31/1/2022).

Koreksi indeks juga dibarengi dengan asing yang net sell sebesar Rp 247 miliar. Maklum pada pekan lalu, IHSG sudah menguat 3 hari beruntun dengan apresiasi lebih dari 1%. Sehingga wajar saja kalau asing memanfaatkan momentum tersebut untuk profit taking.

Dengan kinerja pasar saham tersebut, jelas bahwa tidak ada January Effect di bulan lalu. Sebenarnya secara siklikal, kinerja bulanan IHSG cenderung moncer di bulan Februari.

Setidaknya dalam satu dekade terakhir, return bulanan IHSG cenderung positif. Sejak tahun 2011-2021 rata-rata gain IHSG mencapai 1,36%.

IHSG tercatat melemah secara beruntun di bulan Februari 2018-2020 dengan koreksi masing-masing sebesar 0,13%; 1,37% dan 8,2%.

Koreksi tajam IHSG di bulan Februari tahun 2020 disebabkan oleh awal mula Covid-19 menyebar di seluruh dunia sehingga aksi jual saham juga terjadi secara global.

Tahun 2021, IHSG mencatatkan return positif dengan penguatan fantastis. Indeks naik hampir 6,5% bulan Februari tahun lalu.

Namun gain tersebut masih kalah dengan cuan IHSG pada Februari 2013 yang naik sampai 7,68% dibanding bulan sebelumnya.

Memang data historis tidak menjamin bahwa pola tersebut akan pasti berulang. Namun setidaknya hal tersebut bisa menjadi acuan.

Selain faktor musiman IHSG, sentimen jangka pendek yang berpeluang menggerakkan pasar hari ini datang dari rilis data inflasi bulan Januari 2022.

Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi bulan ini mencapai 2,15% YoY dan menjadi yang tertinggi dalam satu tahun terakhir.

Kenaikan inflasi lebih banyak disebabkan oleh naiknya harga komoditas pangan seperti minyak goreng. Meskipun inflasi naik, namun lajunya tetap terkendali.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular