
Bank Sentral Australia Setop Beli Obligasi Negara

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) kembali mempertahankan suku bunga acuannya di level rendah yakni di 0,1% namun RBA juga resmi mengakhiri pembelian obligasi senilai 275 miliar dolar Australia (US$ 194,40 miliar).
Mengakhiri pertemuan kebijakan Februari, RBA menekankan bahwa penghentian pembelian obligasi "tidak menyiratkan" kenaikan suku bunga jangka pendek dan Dewan masih siap untuk mempertahankan suku bunga acuannya.
"Seperti yang telah dinyatakan Dewan sebelumnya, bank sentral Australia tidak akan menaikkan suku bunga sampai inflasi aktual mencapai targetnya antara 2% hingga 3%," kata Philip Lowe, Gubernur RBA dalam sebuah pernyataan singkat.
"Sementara inflasi telah meningkat, terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa inflasi secara berkelanjutan berada dalam kisaran target," tambah Lowe.
Nada RBA yang masih dovish membuat dolar Australia tergelincir ke level US$ 0,7055. Lowe akan memberikan pidato tentang kebijakan pada Rabu besok dan RBA juga akan merilis prediksi pertumbuhan ekonomi Australia pada Jumat mendatang.
Sebagian besar analis memperkirakan berakhirnya pembelian obligasi terjadi karena pelonggaran kuantitatif seperti itu tidak lagi diperlukan, dengan pengangguran turun ke posisi terendah 13 tahun yakni menjadi 4,2% dan inflasi inti melonjak ke tertinggi tujuh tahun yakni sebesar 2,6%.
Namun yang mengejutkan pasar adalah prediksi RBA terkait inflasi inti yang tidak akan mencapai 2,5% hingga akhir tahun depan.
Lowe pun memprediksi bahwa inflasi inti akan meningkat menjadi sekitar 3,25% pada kuartal mendatang, sebelum turun menjadi 2,75% pada tahun 2023.
Lowe juga memperkirakan bahwa tingkat pengangguran akan turun ke bawah 4% pada akhir tahun ini dan menjadi sekitar 3,75% pada akhir depan.
Pasar telah lama bertaruh bahwa RBA pada akhirnya akan 'mengedipkan mata' pada inflasi dan mulai menaikkan suku bunga acuannya pada awal Mei mendatang, di mana pada tahun ini, RBA diprediksi akan menaikan sebanyak empat kali.
Di lain sisi, bank sentral Selandia Baru telah menaikkan suku bunga acuannya dua kali untuk mengekang tekanan inflasi global.
Secara terpisah, RBA memperkirakan pertumbuhan ekonomi Australia akan berjalan solid sebesar 4,5% tahun ini. Namun pada tahun 2023 diprediksi kembali melambat menjadi 2%.
Lonjakan kasus virus corona (Covid-19) di Australia dalam beberapa waktu terakhir akibat penyebaran varian Omicron memang memukul kembali belanja konsumen pada Januari, tetapi hal itu sepertinya tidak terlalu mempengaruhi ekonomi pada kuartal IV-2021.
"Wabah Omicron telah mempengaruhi perekonomian, tetapi Omicron tidak terlalu mempengaruhi pemulihan ekonomi yang sedang berjalan," pungkas Lowe.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mirip Gaya The Fed, RBA Sabar Dulu Agresif Kemudian?
