Kurs Dolar Singapura Liar Pasca Merosot 3 Hari Beruntun

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
31 January 2022 11:45
Ilustrasi Penukaran Uang (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Penukaran Uang (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura berfluktuasi antara penguatan dan pelemahan melawan rupiah di awal perdagangan Senin (31/1) setelah merosot dalam 3 hari beruntun. Rupiah memang sedang mengalami tekanan akibat kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) yang terus menanjak.

Pada pukul 10:27 WIB, SG$ 1 setara Rp 10.615, dolar Singapura stagnan dibandingkan posisi penutupan pekan lalu. Meski demikian, sejak awal perdagangan pagi tadi dolar Singapura terus bergerak liar antara penguatan dan pelemahan, dengan level terlemah intraday di Rp 10.601/SG$ dan terkuat di Rp 10.627/SG$.

Dari dalam negeri, pelaku pasar saat ini menanti apakah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM ) di DKI Jakarta akan dinaikkan menjadi level 3 atau tetap level 2. Sebab, kasus Covid-19 terus mengalami peningkatan. Hal ini membuat rupiah mengalami tekanan.

Kemarin, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mengumumkan ada tambahan 12.422 kasus, menjadi yang tertinggi sejak 27 Agustus lalu.

Dari total kasus tersebut, DKI Jakarta masih mendominasi tambahan kasus konfirmasi harian dengan total 6.613. Sehingga pelaku pasar was-was apakah PPKM di DKI Jakarta akan diperketat atau tidak.

Sementara itu dolar Singapura sebenarnya sedang dinaungi sentimen positif setelah Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) mengetatkan kebijakan moneternya pada pekan lalu

Pada Selasa lalu, MAS mengumumkan "sedikit" menaikkan slope $SNEER, begitu juga dengan lebar (width) tetapi titik tengah atau centre tidak berubah.

Pengetatan tersebut dilakukan pasca rilis data inflasi yang kembali menunjukkan kenaikan. Data dari pemerintah Singapura kemarin menunjukkan inflasi di bulan Desember melesat 4% year-on-year (yoy) lebih tinggi dari bulan sebelumnya 3,8% (yoy), dan tertinggi sejak Februari 2013.

Kemudian inflasi inti yang tidak memasukkan biaya akomodasi dan transportasi pribadi melesat 2,1% (yoy), tertinggi sejak Juli 2014. Kenaikan tersebut lebih tinggi dari bulan sebelumnya 1,6% (yoy) dan hasil survei Reuters terhadap para ekonom yang memperkirakan sebesar 1,7%.

Untuk diketahui, di Singapura, tidak ada suku bunga acuan, kebijakannya menggunakan S$NEER (Singapore dollar nominal effective exchange rate).

Pada 14 Oktober lalu MAS juga menaikkan kemiringan (slope) S$NEER dari sebelumnya di dekat 0%. Sementara width dan centre masih tetap.
Sebelumnya, 12 analis yang disurvei Bloomberg memperkirakan MAS akan mengetatkan kebijakan moneternya pada bulan April.

"Kita tidak bisa mengesampingkan langkah yang lebih agresif jika inflasi terus meninggi serta dampak dari kenaikan pajak barang dan jasa," kata Chua Hak Bin, ekonom senior di Maybank Kim Eng Research, sebagaimana dilansir Bloomberg.

Chua memperkirakan MAS akan menaikkan slope sebesar 50 basis poin. Sementara analis dari Citigroup, Goldman Sachs dan Nomura memprediksi kenaikan sebesar 100 basis poin.

Meski sudah mengetatkan lagi kebijakan moneternya dan lebih cepat dari ekspektasi analis, MAS diperkirakan kembali akan melakukannya di bulan April, sebab pengetatan yang dilakukan saat ini dikatakan "sedikit".

"Jika MAS mengumumkan kebijakan yang lebih agresif hari ini, maka ekspektasi pengetatan moneter di bulan April bisa diabaikan," kata Selena Ling, kepala riset dan strategI treasury OCBC, sebagaimana dikutip CNBC International, Selasa (25/1).

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura Pagi Jeblok Siang Naik, Ini Penyebabnya!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular