Banyak Tekanan, Rupiah Malah Menguat Lawan Dolar Singapura
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sedang mengalami tekanan dari dalam dan luar negeri pada perdagangan Kamis (27/1), tetapi nyatanya masih mampu menguat melawan dolar Singapura.
Melansir data dari Refinitiv, rupiah sempat menguat 0,24% ke Rp 10.620/SG$ pagi tadi, meski kemudian terpangkas dan berada di kisaran Rp 10.644/SG$ atau nyaris stagnan dari posisi penutupan kemarin.
Dolar Singapura yang terus menanjak hingga mencapai level tertinggi dalam 5 bulan terakhir melawan rupiah sepertinya diterpa aksi ambil untung (profit taking).
Tekanan bagi rupiah datang dari dalam dan luar negeri. kenaikan kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) kembali membuat was-was pelaku pasar. Kemungkinan diketatkannya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) semakin besar.
Kemarin Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mengumumkan ada tambahan 7.010 kasus konfirmasi positif, jauh lebih tinggi dibandingkan hari sebelumnya sebanyak 4.878 orang.
Penambahan kasus tersebut menjadi yang tertinggi sejak 7 September lalu. DKI Jakarta masih memimpin penambahan kasus sebanyak 3.509 kasus.
Seperti diketahui, dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) 05/2022 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Level 3, Level 2, dan Level 1 Corona Virus Disease 2019 di Wilayah Jawa dan Bali, menunjukkan DKI Jakarta masih berada di level 2. Hanya 1 wilayah yang masuk level 3 yakni Kabupaten Pamekasan di Jawa Timur.
Namun level tersebut bisa saja berubah pekan depan melihat kasus Covid-19 yang terus menanjak, terutama akibat varian Omicron. Hal tersebut yang diantisipasi pelaku pasar sehingga membuat rupiah tertekan.
Sementara dari eksternal, tekanan datang dari bank sentral Amerika Serikat (The Fed) yang mengumumkan kebijakan moneter dini hari tadi dan mengindikasikan akan lebih agresif dalam melakukan normalisasi.
Yield obligasi AS (Treasury) tenor 10 tahun langsung melesat 9.6 basis poin ke 1,8727%, yang berisiko memicu capital outflow dari pasar obligasi Indonesia, dan pada akhirnya menekan rupiah.
Indeks dolar AS juga melesat 0,55% ke 96,48, yang juga akan memberikan tekanan bagi rupiah.
Besarnya tekanan tersebut kemungkinan membuat Bank Indonesia (BI) melakukan intervensi yang bisa menjadi salah satu alasan penguatan rupiah melawan dolar Singapura.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)