Review

Sabar Bun! Ini Penyebab Minyak Goreng Satu Harga Langka

Feri Sandria, CNBC Indonesia
27 January 2022 09:55
Penjualan Minyak Goreng
Foto: Penjualan Minyak Goreng (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan tinggi harga minyak goreng beberapa waktu terakhir direspons pemerintah dengan pemberlakuan minyak goreng murah satu harga di level Rp 14.000/liter. Kebijakan tersebut pertama-tama dilakukan di pasar ritel modern mulai tanggal 19 Januari 2022 dan diikuti di pasar ritel tradisional sepekan setelahnya atau mulai Kamis (26/1) kemarin.

Meski demikian, nyatanya keberadaan minyak goreng murah satu harga di pasar tradisional masih tergolong langka, begitu pula di ritel modern yang jumlahnya juga mulai menipis dengan beberapa toko bahkan sudah kehabisan sama sekali.

Pantauan CNBC Indonesia di Pasar Jaya Pondok Labu Kamis (26/1) kemarin menemukan bahwa penyesuaian tersebut ternyata belum terjadi di pasar tradisional tersebut. DI pasar tersebut minyak goreng curah masih dipatok di harga Rp 21.000 per liter, sedangkan minyak goreng kemasan dijual di harga Rp 20.000 per liter.

Tah Lan, seorang pedagang warung sembako di Pasar Pondok Labu ini menilai kebijakan pemerintah dengan memberikan subsidi harga minyak sudah bagus. "Iya saya udah tau soal penurunan harga, cuma stok yang saya beli belum habis dan masih mahal modalnya, seperti minyak curah saya belinya Rp305.000 per drigen", kata Tah Lan.

Kebijakan penurunan harga minyak ini diakui bakal mengalami kerugian bagi pedagang eceran seperti ibu Tah Lan. Di sisi lain, Tah Lan berpandangan semestinya kebijakan itu disertai tindakan yang merata baik untuk retail modern maupun tradisional.

"Sebenarnya bagus. Tapi untuk kita pedagang tradisional kan ini belum dimulai, kalau bisa pemerintah buat merata lah semua. Sebab sejauh ini kita (pedagang pasar tradisional) belum dapat subsidi dari pemerintah," ungkapnya.

Lee salah satu pedagang sembako grosiran juga mengatakan bahwa iya akan menjual harga minyak seperti biasa sebelum ada subsidi. "Dari distributor belum ada penurunan, jadi kita juga belum turun." ujar Lee.

Kondisi yang sama juga terjadi di Pasar Mampang, pedagang pasar tradisional menyebut belum dapat menerapkan ketetapan satu harga dari pemerintah pusat.

Ibu Nani pedagang di Pasar Mampang kepada CNBC Indonesia TV menyebut bahwa mereka masih menjual minyak goreng di harga Rp 20.000 per liter karena minyak goreng yang tersedia di warung mereka masih ditebus di harga mahal dari distributor.

"Itupun sekarang gak ada sales-sales yang datang dalma minggu-minggu ini, katanya minyak kosong," ungkapnya.

Terkait sosialisasi dari pihak pengelola pasar dan pemerintah, Ibu Nani menyampaikan bahwa itu terjadi cuma sekali dan dilakukan seminggu yang lalu, akibatnya minyak masih dijual mahal di pasar tersebut.

Sementara itu kondisi di pasar modern juga tak kalah memusingkan konsumen, berdasarkan catatn CNBC Indonesia minyak goreng murah di pasar tradisional di kawasan Jakarta seperti yang dijual di Indomaret dan Alfamart ludes dalam satu hari setelah penetapan harga murah.

Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) sebenarnya menyambut positif langkah pemerintah dalam menekan gejolak harga minyak goreng melalui penyediaan minyak goreng satu harga Rp 14.000 per liter.

Namun demikian di tengah stok minyak goreng harga mahal, pedagang masih mengeluhkan persoalan terkait cara retur stok agar tidak menimbulkan persoalan dan pedagang bisa mendapatkan stok minyak goreng murah.

Wakil ketua umum APPSI Ngadiran kepada CNBC Indonesia Selasa (25/1) lalu, menyebut pihaknya telah meminta audiensi kepada Menteri Perdagangan terkait pelaksanaan penetapan satu harga ini, akan tetapi masih belum memperoleh respons.

Hal ini menyebabkan Ngadiran dan APPSI mengatakan belum bisa memberikan solusi terbaik kepada pedagang.

Kondisi yang terjadi di Pasar Pondok Labu dan Mampang juga menyiratkan bahwa rantai pasok yang masih belum sempurna, di mana para pedagang masih belum memperoleh minyak goreng murah untuk dijual kembali kepada masyarakat luas.

Selain itu kondisi di pasar ritel modern juga mengindikasikan adalah rush buying di masyarakat, di mana semua berbondong-bondong melakukan pemesanan minyak goreng harga murah. Kondisi tidak simetris antara permintaan tinggi dan pasokan terbatas yang menyebabkan rush buying tersebut juga pada akhirnya akan memperburuk kondisi rantai pasok yang sudah coba dibuat sedemikian rupa.

Selain itu, pengawasan terbatas yang diberlakukan pemerintah, khususnya untuk pasar tradisional seperti yang terjadi di Pasar Mampang memperlihatkan praktik dan upaya yang belum sempurna untuk melakukan penurunan harga minyak goreng, yang pada akhirnya juga mencederai visi dari pemerintah.

Sebenarnya pemerintah telah menyediakan beberapa solusi yang dialami oleh pedagang, hanya saja kondisi aktual di lapangan masih belum maksimal.

Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, Oke Nurwan kepada CNBC Indonesia TV Selasa (25/1) kemarin menyampaikan bahwa bagi pedagang yang menyimpan stok lama bisa meminta retur kepada distributor.

"Untuk bisa berdagang, segera minta suplai minyak goreng dengan harga yang murah, dan untuk stok yang lama silakan dibicarakan dengan suplliernya," jelas Oke.

Oke juga menjelaskan bahwa ia telah meminta kepada distributor untuk wajib menerima retur dari para pedagang.

Sebelumnya, dalam upaya meredam harga minyak goreng yang melejit tidak terkontrol, pemerintah mengatakan telah menyiapkan anggaran yang cukup besar yakni mencapai Rp 7,6 triliun. Anggaran ini disediakan melalui Badan Layanan umum (BLU) Kementerian Keuangan yakni Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS).

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular