Bursa Asia Ditutup Cerah, Tapi Nikkei-KOSPI Masih Lesu
Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia ditutup positif pada perdagangan Rabu (26/1/2022), di tengah masih volatilitasnya pasar saham global, di mana bursa saham Amerika Serikat (AS) kembali terkoreksi pada penutupan perdagangan Selasa waktu AS.
Indeks Hang Seng Hong Kong ditutup naik 0,19% ke level 24.289,90, Shanghai Composite China menguat 0,66% ke 3.455,67, Straits Times Singapura melesat 0,73% ke 3.271,57, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terapresiasi 0,5% ke posisi 6.600,819.
Sedangkan untuk indeks Nikkei Jepang ditutup melemah 0,44% ke level 27.011,33 dan KOSPI Korea Selatan terkoreksi 0,41% ke posisi 2.709,24.
Indeks Nikkei kembali melemah karena diperberat oleh beberapa saham teknologi di tengah masih khawatirnya pasar akan potensi pengetatan kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
Saham produsen semikonduktor dan elektronik Tokyo Electron melemah 0,81%, sedangkan saham pembuat robot Fanuc ambles 3,29%, saham operator telepon KDDI ambrol 2,57%.
Tak hanya Nikkei, KOSPI juga kembali melemah pada hari ini, di mana saham teknologi di Negeri Ginseng juga menjadi pemberat KOSPI hari ini.
Saham raksasa teknologi Samsung Electronics merosot 0,95%, saham SK Hynix terkoreksi 0,42%, dan saham ambles 2,80%.
Secara mayoritas, investor di Asia cenderung optimis pada hari ini, meski sentimen pasar global masih cenderung negatif, di mana bursa saham AS, Wall Street kembali terkoreksi pada penutupan perdagangan Selasa kemarin waktu AS.
Indeks Dow Jones ditutup turun 0,19%, S&P 500 ambles 1,22%, dan Nasdaq Composite yang paling parah yakni ambruk 2,28%.
Investor akan berfokus pada rapat Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), di mana The Fed akan mengumumkan hasil rapatnya pada Rabu siang waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.
Investor menanti hasil rapat tersebut untuk kejelasan mengenai agenda kenaikan suku bunga. Mereka masih khawatir dengan potensi pengetatan kebijakan moneter oleh The Fed.
Meski pasar masih khawatir, namun The Fed diprediksi baru akan menaikan suku bunganya pada Maret mendatang atau setelah rapat FOMC edisi Maret 2022. Sedangkan pada rapat edisi Januari, suku bunga The Fed masih akan dipertahankan di level rendah.
Dalam notula rapat kebijakan moneter edisi Desember yang dirilis pada awal bulan ini, terungkap tidak hanya akan mengerek suku bunga sebanyak 3 kali di tahun ini, The Fed juga kemungkinan akan mengurangi nilai neracanya (balance sheet).
Sementara itu, sentimen negatif juga datang dari Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) yang memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk global.
Lembaga keuangan yang bermarkas di Washington tersebut menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 4,4% tahun ini, dari sebelumnya sebesar 5,9%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)