Harga Batu Bara Naik 3 Hari Berturut-turut, Ini Pemicunya!
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara naik lagi, membawa si batu hitam andalan Indonesia ini membukukan kenaikan selama tiga hari perdagangan beruntun.
Harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup di US$ 224/ton. Naik 1,82% dari posisi penutupan perdagangan kemarin. Tercatat, pada awal pekan ini (24/1/2022), harga batu bara juga naik di US$220/ton yang naik 2,35% dari pekan sebelumnya.
Tercatat, harga batu bara sempat menyentuh harga tertinggi pada 5 Oktober 2021 di US$ 280/ton, menjadi harga tertinggi sejak 2021.
Kenaikan harga batu bara dunia terjadi dipicu oleh kenaikan konsumsi listrik sektor industri China yang mencapai 9,1% menjadi 5.509 miliar kilowatt/hour (kWh) pada 2021 jika mengacu kepada data National Energy Administration (NEA) yang dirilis hari ini. Konsumsi listrik di sektor perumahan diprediksi naik 7,3% (year-on-year/yoy).
Sentimen lainnya datang dari dalam negeri. Banyaknya impor Liquified Natural Gas (LPG), menjadi perhatian khusus pemerintah dan menjadi pertimbangan hadirnya proyek hilirisasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) di Tajung Enim, Sumatera Selatan.
"Impor elpiji kita sangat besar, mungkin Rp 80 triliun dari yang dibutuhkan Rp 100 triliun. Nilai impor Rp 80 triliun juga harus disubsidi agar sampai ke masyarakat karena harganya juga sangat tinggi," tambah Jokowi.
Pada hari Senin (24/1/2022), Presiden Jokowi didampingi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menggelar groundbreaking pengembangan proyek hilirisasi batubara menjadi DME. Pengembangan ini diharapkan mampu menciptakan nilai tambah bagi produk tambang batu bara dalam negeri.
"Saya pesan ini sejak enam tahun lalu, dan Alhamdulillah hari ini kita bisa memulai proyek hilirisasi batu bara menjadi DME," tutur Jokowi dalam sambutan pembukaan proyek yang dikembangkan PT Bukit Batubara, PT Pertamina, dan Air Product [investor asal Amerika Serikat] dikutip dari Reuters.
Secara rinci, keberadaan proyek DME Tanjung Enim akan menekan impor LPG hingga 1 juta ton/tahun dengan produksi DME 1,4 juta ton/tahun. Selain itu, proyek DME mampu menyerap tenaga kerja 10.600 orang pada tahap konstruksi dan 8.000 orang pada tahap operasi. Nilai investasi asing sekitar US$ 2,1 miliar oleh Air Product.
Jika investasi asing meningkat, maka Indonesia dapat menghemat cadangan devisa dengan perkiraan kisaran Rp 9,14 triliun/tahun. Selain itu, DME memiliki keunggulan mudah terurai di udara sehingga tidak merusak lapisan ozon, nyala api yang dihasilkan lebih stabil, dan tidak menghasilkan polutan Particulate Matter (PM) dan Nitrogen Oxides (NOx).
Proyek DME akan diselesaikan dalam waktu 30 bulan. Hal tersebut dapat menjadi sentimen positif bagi Indonesia, karena ke depannya masyarakat akan beralih dari LPG ke DME, sehingga akan membuat harga batu bara dunia pun menjadi tinggi karena banyaknya permintaan dari dalam negeri maupun luar negeri.
Sebagai informasi, proyek hilirisasi batubara menjadi DME telah ditetapkan sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional sesuai Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2020.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/aaf)