
Masih Bisa Ambles Sesi 2, IHSG Bakal Uji Support di 6.636!

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah menyentuh level tertinggi sepanjang masa pada pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) harus terpuruk hari ini, Senin (24/1/2022).
IHSG konsisten berada di zona merah sejak awal perdagangan dibuka. Indeks melemah 0,38% saat pembukaan.
Kinerja indeks terus mengalami penurunan saat perdagangan berjalan. Bahkan IHSG sempat melemah 1,04% dan menyentuh level terendahnya pada perdagangan intraday di level 6.656,3 hari ini.
Saat IHSG terpuruk, sebanyak 178 saham menguat, 337 saham melemah dan 154 saham stagnan.
Nilai transaksi mencapai Rp 5,9 triliun. Asing yang sebelumnya agresif dalam membeli saham-saham RI, kini mulai menunjukkan aksi profit taking. Di pasar reguler asing net sell Rp 61 miliar.
Pada penutupan sesi 1, IHSG ditutup melemah 0,95% di level 6.662,674. Pergerakan IHSG cenderung mengekor bursa saham Asia yang juga terbenam di zona merah kecuali Nikkei dan Shanghai Composite yang masih naik lebih dari 0,1%.
Sementara itu Hang Seng juga mencatatkan kinerja negatif hampir 1% sama seperti IHSG. Setidaknya ada 3 sentimen buruk yang menggerakkan pasar hari ini.
Pertama adalah anjloknya harga saham di Wall Street. Indeks Dow Jones drop 1,30%, kemudian indeks S&P 500 drop 1,89%. Paling parah Nasdaq Composite yang terjungkal dengan koreksi 2,72%.
Kedua adalah respons pelaku pasar yang cenderung menunggu aba-aba dari The Fed. Sebagai informasi bank sentral AS tersebut bakal mengadakan rapat minggu ini pada 25-26 Januari 2022.
The Fed diperkirakan bakal menaikkan suku bunga acuan 4-5 kali pada tahun 2022. Setelah itu bank sentral AS juga diprediksi akan menempuh kebijakan moneter kontraktif dengan mereduksi ukuran neracanya (balance sheet).
Selain dua sentimen di atas, perkembangan pandemi Covid-19 juga masih akan menjadi cermatan. Semua disebabkan karena meluasnya infeksi varian baru Covid-19 Omicron.
Sejak ditemukan pada akhir November tahun lalu, kasus harian Covid-19 secara global naik sampai 4x dan sekarang tembus angka 3 juta per hari.
Sementara itu di dalam negeri, kasus infeksi harian Covid-19 meningkat hampir 18x sejak awal tahun. Hingga saat ini secara kumulatif ada 1.161 kasus konfirmasi Omicron ditemukan di Indonesia.
Setelah ditelusuri, lebih banyak infeksi yang ditemukan akibat imported case yang mengindikasikan sumbernya lebih banyak dari luar negeri.
Dengan ketiga sentimen tersebut, kinerja IHSG drop. Lantas bagaimana peluang kinerja indeks di sesi II? Berikut ulasan teknikalnya.
Analisis Teknikal
Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Bollinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support).
Jika melihat posisi penutupan sesi I, IHSG bergerak mendekati level support terdekatnya di 6.636. Sementara itu level resisten terdekat IHSG berada di 6.707.
![]() Foto: Refinitiv |
Apabila melihat indikator Relative Strength Index (RSI) tekanan jual IHSG tampak meningkat. Hal ini terlihat dari indikator RSI yang bergerak turun ke level 54,34.
Perlu diketahui, RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Saat ini RSI berada di area 58,80.
Apabila menggunakan indikator teknikal lain yakni Moving Average Convergence Divergence (MACD), garis EMA 12 masih berada di atas garis EMA 26 namun mulai membentuk pola menyempit atau konvergen.
Di sesi II, IHSG kemungkinan masih akan terkoreksi dan bakal menguji level support terdekatnya 6.636.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000