Masuk Masa Penjatahan Autopedia, Begini Rekam Jejak Triputra
Jakarta, CNBC Indonesia - Proses initial public offering (IPO) PT Autopedia Lestari Tbk memasuki masa penjatahan hari ini, Jumat (21/1/2022). Setelah serangkaian proses IPO rampung, emiten milik Theodore Permadi Rachmat bakal mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) menggunakan kode saham (ticker) ASLC.
Theodore Permadi Rachmat alias TP Rachmat memang alah satu taipan sekaligus pengusaha kondang bekas bos PT Astra International Tbk (ASII) yang sudah tak asing dengan aksi korporasi semacam ini. Manuvernya ia lakukan melalui kendaraan bisnisnya Triputra Group.
Pada April 2021, salah satu entitas usaha Triputra Group yang melantai di bursa saham domestik adalah PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit.
Kemudian, di akhir tahun 2021 ada cucu perusahaan Triputra Group milik TP Rachmat, yakni PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) yang resmi melantai di bursa saham nasional. DRMA merupakan perusahaan manufaktur komponen motor yang dimiliki oleh Triputra Group lewat PT Triputra Investindo Arya.
Di awal tahun ini, akan ada lagi perusahaan yang terafiliasi dengan Triputra Group milik TP Rachmat yang menyandang gelar orang terkaya nomor 15 versi Forbes itu yang akan menyandang status perusahaan terbuka, yakni PT Autopedia Lestari Tbk (ASLC).
Pada 2014 Autopedia (ASLC) mendirikan usaha lelang mobil dengan nama BidWin. Namun pada 2019, Autopedia (ASLC) memutuskan untuk mengakuisisi perusahaan pionir lelang otomotif terkemuka yaitu PT Japan Bike Auction Indonesia sebanyak 51% atau yang kini dikenal dengan nama JBAI.
Berdasarkan prospektus Autopedia (ASLC), kepemilikannya di JBAI kini mencapai 84,40%. Pangsa pasar dan prospek penjualan mobil bekas (mokas) memang terbilang menjanjikan. Jika dalam satu tahun penjualan mobil baru mencapai 1 juta unit, penjualan mokas di Indonesia mencapai 2,5 juta unit itu pun dua tahun silam.
Autopedia (ASLC) milik TP Rachmat lewat JBAI menjadi salah satu balai lelang dengan pangsa pasar terbesar di Indonesia dengan rata-rata jumlah buyer mencapai 30 ribu per tahun dan dengan nilai Gross Merchandise Value (GMV) mencapai Rp 5 triliun.
Saham Autopedia (ASLC) dijadwalkan bakal debut di lantai bursa pada 25 Januari 2022. Dalam proses penawaran perdana, Autopedia (ASLC) melepas sebanyak kurang lebih 2,55 miliar saham biasa atas nama atau setara dengan 20% dari modal ditempatkan dan disetor penuh.
Harga IPO saham Autopedia (ASLC) dipatok di Rp 256/saham. Sehingga, total perolehan dana yang diterima Autopedia (ASLC) mencapai Rp 652,6 miliar.
Sebesar 64,72% dana yang diperoleh dari aksi korporasi berupa IPO tersebut akan digunakan perusahaan untuk modal kerja pada usaha yang baru beroperasi pada 3 Januari 2022 dan sisanya untuk melunasi pinjaman ke perusahaan induk.
Sebagai informasi, sebelum IPO sebanyak 97% saham Autopedia (ASLC) dipegang oleh PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) yang merupakan anak usaha Daya Group yang terafilisasi pada Triputra Group milik TP Rachmat. Artinya Autopedia (ASLC) merupakan cicit dari perusahaan Induk milik TP Rachmat.
Jelang bergabungnya ASLC ke bursa mari kita ulas kembali berberapa emiten-emiten TP Rachmat yang berkapitalisasi pasar jumbo yang sudah terlebih dahulu melantai di bursa.
Pertama adalah TAPG, perusahaan perkebunan sawit ini IPO dengan harga Rp 200/unit. Setelah listing, TAPG tercatat auto reject atas (ARA) sampai 4x.
Berbeda dengan perusahaan IPO akhir-akhir ini yang harga sahamnya langsung ambles setelah ARA beberapa kali, harga saham TAPG masih melanjutkan uptrend.
Bahkan pada awal Oktober 2021, harga saham TAPG mencetak rekor tertingginya (All Time High) di Rp 845/unit.
Terakhir per kemarin (20/1/2022), harga saham TAPG ditutup di level Rp 625/unit. Artinya sejak listing, cuan dari capital gain yang diperoleh sudah cuan lebih dari 200%.
Ini mengindikasikan bahwa pasar menyambut positif kehadiran TAPG di bursa di tengah kenaikan harga minyak sawit mentah (CPO) global.
Kemudian yang kedua adalah DRMA. Emiten manufaktur yang satu ini IPO dengan harga Rp 500/unit. Sebulan berselang, harga saham DRMA ditutup di level Rp 610/unit kemarin (20/1). Itu artinya return yang diberikan pun masih positif 22% dari capital gain.
Sebenarnya selain dua emiten tadi, anak usaha Tri Putra Group yang melantai di bursa saham domestik juga masih ada beberapa, seperti PT Adi Sarana Armada (ASSA) yang merupakan induk langsung ASCL.
ASSA merupakan perusahaan sektor transportasi dan logistik milik Daya Group yang melantai sejak 12 November 2012 di harga Rp 390/unit.
Sejak melantai, harga saham ASSA sudah naik hampir 10x dalam kurun waktu hampir 10 tahun. Kemarin harga saham ASSA ditutup di Rp 3.220/unit.
Artinya per tahun return compounding (CAGR) ASSA mencapai 23,5% jauh di atas return IHSG 10% per tahun dalam kurun waktu yang sama.
Overall, dapat dilihat bahwa kiprah sang pengusaha kondang di pasar modal sangat positif dan diapresiasi oleh pelaku pasar. Ini tentu menjadi sentimen positif untuk ASCL yang sebentar lagi listing.
Untuk ASCL, saat ini sedang dalam fase penawaran umum. Penjatahan akan dilakukan pada 21 Januari 2022 alias hari ini. Sedangkan distribusi dijadwalkan pada 24 Januari pekan depan dan ASLC siap mnelantai pada tanggal 25 Januari.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)