GWM Naik Tiga Kali, BI Sedot Likuiditas Rp 200 Triliun
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) memutuskan bakal mulai menaikkan Giro Wajib Minimum (GWM) secara bertahap hingga akhir kuartal III-2022. Kebijakan ini tentu akan mengurangi likuiditas di perbankan.
Pada tahap pertama, GWM akan naik 150 basis poin (bps) menjadi 5% dengan pemenuhan harian 1% pada 1 Maret 2022. GWM Rerata ditetapkan sebesar 4%.
Kemudian pada 1 Juni 2022 GWM akan naik 100 bps menjadi 6% dengan pemenuhan harian 1%. GWM Rerata ditetapkan 5%.
Terakhir, GWM akan naik lagi sebesar 50 bps menjadi 6,5% pada September 2022 dengan pemenuhan harian 1%. GWM Rerata ditetapkan 5,5%.
Perry Warjiyo, Gubernur BI, menilai likuiditas perbankan saat ini begitu longgar. Rasio Alat Likuid per Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) mencapai 35,15%. Jauh lebih tinggi dibandingkan sebelum pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yakni 23%.
Oleh karena itu, Perry meyakini kenaikan GWM tidak akan mempengaruhi kemampuan perbankan dalam menyalurkan kredit. Meski ada kenaikan GWM, AL/DPK diperkirakan tetap berada di kisaran 30% pada September 2022.
"Likuiditas masih berlebih. Dengan penyerapan likuiditas (melalui GWM), jumlahnya akan turun tetapi sangat-sangat longgar," tegas Perry dalam jumpa pers usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode Januari 2022, Kamis (20/1/2022).
Kenakan GWM tiga kali pada 2022, tambah Perry, diperkirakan 'menyedot' likuiditas sekitar Rp 200 triliun dari sistem perbankan. Jumlah itu diyakini masih bisa membuat perbankan punya ruang untuk 'bernapas'.
"Perbankan ini juga masih mendapatkan hasil karena ada remunerasi suku bunga 1,5% per tahun khusus GWM Rerata. Bank-bank yang menyalurkan kredit ke sektor prioritas dan inklusif akan kami berikan insentif sehingga nanti ada penurunan GWM sampai dengan 1%, tergantung kemampuan perbankan pada penyaluran kredit ke sektor prioritas," terang Perry.
(aji/aji)