Indeks saham utama AS alias Wall Street kembali kompak ditutup melemah pada perdagangan Rabu waktu setempat.
Hal ini terjadi setelah rilis laporan keuangan perusahaan yang beragam dan seiring investor terus khawatir soal imbal hasil (yield) obligasi pemerintah (Treasury) AS yang lebih tinggi dan adanya pengetatan kebijakan moneter bank sentral AS Federal Reserve (The Fed).
Indeks Nasdaq Composite yang sarat akan saham teknologi ambles 1,15% ke posisi 14.340,26. Penurunan signifikan pada Rabu membawa indeks Nasdaq anjlok 10,7% dari sejak rekor penutupan tertinggi pada November 2021.
Sementara, Dow Jones Industrial Average turun 0,96% menjadi 35.028.65, terseret oleh penurunan 3,1% saham Caterpillar. Adapun, S&P 500 ambles 0,97% ke level 4.532,76.
Indeks saham mengalami masa sulit di awal 2022 ini, seiring kenaikan cepat imbal hasil Treasury di tengah kekhawatiran The Fed akan menjadi agresif dalam mengendalikan inflasi yang terutama akan memukul saham pertumbuhan dan teknologi.
Melansir CNBC International, Imbal hasil Treasury AS tenor 10-tahun mencapai 1,9% sebelumnya pada Rabu, level tertinggi sejak Desember 2019. Asal tahu saja, Treasury tenor 10-tahun memulai tahun ini di sekitar 1,5%.
"Investor khawatir bahwa suku bunga yang lebih tinggi dan kondisi keuangan yang lebih ketat akan menyebabkan kompresi valuasi, yang pada dasarnya membatalkan sebagian besar sumbangan Fed selama satu dekade," kata Jack Ablin, founding partner Cresset Capital dan CIO, dikutip CNBC International.
Sejumlah saham malah ditutup di zona merah kendati banyak hasil pendapatan perusahaan yang kuat. Bank of America, misalnya, mengalahkan perkiraan Wall Street karena merilis cadangan kerugian pinjaman terkait pandemi. Sahamnya sendiri rebound 0,4%, sehari setelah meluncur 3,4%.
Saham Procter & Gamble melonjak hampir 3,4% setelah raksasa barang konsumen itu melaporkan pendapatan fiskal kuartal kedua dan pendapatan yang melampaui ekspektasi Wall Street. Perusahaan juga menaikkan prospek pertumbuhan penjualan.
"Inflasi yang lebih tinggi telah menimbulkan kekhawatiran tentang biaya input bagi banyak perusahaan. Karena margin [Procter & Gamble] baik-baik saja, ini telah meredakan beberapa kekhawatiran tersebut," jelas Matt Maley, kepala strategi pasar di Miller Tabak + Co.
Sementara, saham Sony anjlok 5% sehari setelah Microsoft mengatakan telah membeli penerbit video game Activision Blizzard senilai hampir US$ 69 miliar. Asal tahu saja, PlayStation milik Sony bersaing dengan konsol Xbox Microsoft. Penurunan saham Sony terjadi setelah saham merosot hampir 7,2% pada Selasa waktu AS.
Musim laporan keuangan perusahaan meningkat di Wall Street dan sejauh ini sebagian besar perusahaan telah melampaui ekspektasi analis. Dari 44 perusahaan S&P 500 yang telah melaporkan hasil kuartalan, hampir 73% telah melampaui ekspektasi Wall Street, menurut FactSet.
Sebelumnya, melonjaknya imbal hasil obligasi mendorong aksi jual saham pada hari Selasa waktu AS. imbal hasil Treasury tenor 2-tahun - yang mencerminkan ekspektasi suku bunga jangka pendek - mencapai 1% untuk pertama kalinya dalam dua tahun terakhir.
Seperti sebelumnya, perkembangan kasus Covid-19, terutama di Tanah Air, masih menjadi hal terus diperhatikan pelaku pasar. Pasalnya, apabila kasus Covid-19 kembali meninggi, maka akan berpotensi mengganggu proses pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung.
Pada Rabu kemarin, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mengumumkan ada tambahan 1.745 kasus. Dus, total kasus konfirmasi mencapai 4.275.528 kasus.
Sejak awal tahun ini, memang telah terjadi tren kenaikan kasus harian Covid-19. Setidaknya sejak 11 Januari 2022, kasus harian Covid-19 tidak pernah lebih rendah dari 600 kasus.
Angka tersebut lebih tinggi tinimbang pertambahan kasus harian Covid-19 sepanjang Desember 2021, yang berada di rentang 92 - 311 kasus.
Terakhir kali angka kasus harian Covid-19 berada di atas 1.745 kasus (per Rabu kemarin) adalah pada sekitar 3 bulan lalu atau tepatnya 29 September 2021 (1.954 kasus).
Menanti Keputusan Suku Bunga
Selain itu, hari ini, investor juga akan menunggu hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang dimulai sejak Rabu kemarin. Adapun yang paling ditunggu pasar adalah soal keputusan suku bunga acuan BI.
BI sendiri diperkirakan masih mempertahankan suku bunga acuan bulan ini. Namun ke depan, kemungkinan MH Thamrin-lokasi gedung BI- bakal searah dengan tren kebijakan moneter global: menaikkan suku bunga acuan.
Gubernur Perry Warjiyo dan sejawat dijadwalkan menggelar RDG edisi Januari 2022 pada 19-20 Januari 2022. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate bertahan di 3,5%. Seluruh institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus sepakat bulat, tidak ada yang mbalelo.
Jika sesuai ekspektasi, maka suku bunga acuan akan bertahan di 3,5% sejak Februari 2021 atau hampir setahun. Ini adalah suku bunga acuan terendah dalam sejarah Indonesia merdeka.
"Kami memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate tetap di 3,5%. BI sebelumnya memberi sinyal hanya akan mengubah sedikit posisi (stance) mereka dari pro-growth menjadi pro-stability," kata Nicholas Mapa, Ekonom ING.
Namun, tidak akan selamanya BI mempertahankan bunga acuan. Pelaku pasar memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate akan mulai naik pada pertengahan 2022.
"Saya memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate baru naik paling cepat Juni," ujar Tirta Citradi, Ekonom MNC Sekuritas.
Deretan Data Ekonomi Lainnya
Tidak hanya dari dalam negeri, sejumlah data ekonomi penting dari luar negeri juga akan menjadi santapan yang harus dicerna investor hari ini.
Pertama, pada pukul 06.50 WIB, Jepang akan merilis data neraca dagang per Desember 2021 yang diramal akan kembali defisit ¥ 784,1 miliar, dari bulan sebelumnya defisit ¥ 954,8 miliar.
Kedua, dari Negeri Kanguru Australia akan ada publikasi data tingkat pengangguran per Desember 2021 pada pukul 07.30 WIB. Konsensus pasar memprediksi, tingkat pengangguran Australia akan turun tipis menjadi 4,5% dari posisi November 4,6%, melanjutkan tren penurunan sejak awal Januari tahun lalu.

Ketiga, pada 08.15 WIB, China akan mengumumkan suku bunga kredit tenor 1 tahun (one-year loan prime rate/LPR) yang diramal akan tetap di level 3,8%.
Sebelumnya, pada Desember bank sentral China memangkas LPR 1 tahun sebesar 5 bps dari 3,85% ke posisi saat ini untuk pertama kalinya sejak April 2020, kala terjadi puncak pandemi virus corona (Covid-19) di negara itu.
Mengacu pada penjelasan Tradingeconomics, People's Bank of China (PBOC) pada 17 Agustus 2019, menetapkan Loan Prime Rate (LPR) sebagai tolok ukur atawa acuan pinjaman baru untuk pinjaman bank baru kepada rumah tangga dan bisnis, menggantikan suku bunga pinjaman satu tahun yang sebelumnya dijadikan acuan bank sentral Negeri Tirai Bambu tersebut.
Keempat, dari kawasan Uni Eropa bakal dirilis data laju inflasi tahunan final per Desember 2021 yang diprediksi akan naik 0,1% menjadi 5%.
Kelima, investor juga akan menyimak publikasi data klaim tunjangan pengangguran di AS per 15 Januari 2022.
Indikator rerata klaim tunjangan pengangguran empat mingguan diramal akan naik menjadi 217,25 ribu dibandingkan periode sebelumnya 210,75 ribu.
Sementara, data klaim tunjangan pengangguran awal per 15 Januari 2022 juga diperkirakan bakal bertambah 232 ribu tinimbang sebelumnya 230 ribu.
Keenam, pasar juga akan menunggu rilis data penjualan rumah (existing home sales) AS per Desember 2021. Konsensus pasar memprediksi, existing home sales di bulan terakhir 2021 sebesar 6,44 juta, lebih rendah dari November 6,46 juta.

Â
Dikutip dari Investing, existing home sales mengukur perubahan-dalam hitungan yang disetahunkan-bangunan tempat tinggal yang ada yang terjual selama bulan sebelumnya. Data ini berguna untuk mengukur kekuatan pasar perumahan AS dan sekaligus menjadi indikator utama 'kesehatan' ekonomi secara keseluruhan.
Angka existing home sales yang lebih tinggi dari yang diharapkan dapat menjadi sentimen positif/bullish untuk dollar AS, dan begitu pula sebaliknya.
Singkatnya, existing-home alias rumah yang sudah ada, tidak seperti rumah baru, adalah rumah yang sebelumnya sudah dimiliki dan ditempati sebelum dipasarkan
Berikut beberapa data ekonomi yang akan dirilis hari ini:
Stok minyak API AS (04.30 WIB)
Neraca dagang Jepang per Desember (06.50 WIB)
Tingkat pengangguran Australia per Desember (07.30 WIB)
Suku bunga kredit (loan prime rate/LPR 1-Year) China (08.15 WIB)
Keputusan suku bunga acuan BI Indonesia (14.30 WIB)
Inflasi final per Desember Uni Eropa (17.00 WIB)
Klaim tunjangan pengangguran AS (20.30 WIB)
Penjualan existing home AS (22.00 WIB)
Stok minyak dan bensin EIA AS (23.00 WIB)
Berikut agenda korporasi yang akan berlangsung hari ini:
Dividen tunai PALM
RUPSLB IATA (10.00 WIB)
RUPSLB HELI (10.00 WIB)
RUPSLB BRNA (10.00 WIB)
RUPSLB BPFI (14.00 WIB)
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Indikator | Tingkat |
Pertumbuhan Ekonomi (Q3-2021 YoY) | 3,51 % |
Inflasi (Desember 2021, YoY) | 1,87% |
BI 7 Day Reverse Repo Rate (Desember 2021) | 3,50% |
Surplus/Defisit Anggaran Sementara (APBN 2021) | -4,65% PDB |
Surplus/Defisit Transaksi Berjalan (Q3-2021) | 1,50% PDB |
Cadangan Devisa (Desember 2021) | US$ 144,9 miliar |
Sumber: Berbagai data resmi, diolah
Â
TIM RISET CNBC INDONESIA