
Perang! Rusia-Ukraina dan Arab-Yaman Panas, Harga Minyak Naik

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia terus bergerak naik. Bahkan yang jenis light sweet naik begitu tajam.
Pada Rabu (19/1/2022) pukul 06:18 WIB, harga minyak jenis brent berada di US$ 86,48/barel. Naik 0,49% dari hari sebelumnya.
Sementara yang jenis light sweet atawa West Texas Intermediate (WTI) harganya US$ 83,82/barel. Melambung 2,07%.
Berbagai sentimen ampuh mendongkrak harga si emas hitam. Pertama, produksi OPEC+ diperkirakan tidak memadai untuk memenuhi permintaan dunia.
Pada Desember 2021, negara-negara OPEC memompa 27,8 juta barel/hari. Naik 70.000 barel/hari dari bulan sebelumnya tetapi masih di bawah kesepakatan yang mengizinkan kenaikan produksi hingga 253.000 barel/hari dalam sebulan.
Kedua, penyebaran virus corona varian omicron diperkirakan tidak menimbulkan dampak separah varian delta. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan Jumlah pasien yang harus mendapatkan perawatan di rumah sakit hanya 4,9% gara-gara varian omcron. Ketika varian delta menebar teror, 66,8% pasien positif harus dirawat di rumah sakit.
"Sebagai tambahan, pasien yang mengidap varian omicron 73% lebih rendah kemungkinannya untuk mengalami gejala berat dibandingkan varian delta," tulis laporan mingguan WHO.
Ketiga, perkembangan geopolitik dunia juga mempengaruhi dinamika harga minyak. Amerika Serikat (AS) khawatir Rusia akan menyerang Ukraina jika upaya diplomasi buntu. Rusia sudah bersiaga dengan menempatkan lebih dari 100.000 pasukan di perbatasan kedua negara.
"Sebagai bagian dari rencananya, Rusia sedang menyusun upaya invasi. Untuk pembenaran, Rusia menuding pasukan mereka diserang di wilayah selatan Ukraina," ungkap Jen Psaki, Juru Bicara Gedung Putih, sebagaimana diwartakan Reuters.
Tidak hanya Rusia-Ukraina, Timur Tengah pun memanas. Koalisi yang dipimpin Arab Saudi menggempur Yaman dengan dalih mengempur pasukan pemberontak Houthi. Riyadh meyakini Houthi bertanggung jawab atas serangan di Abu Dhabi (Uni Emirat Arab) beberapa waktu lalu.
Perang, apalagi di wilayah kaya minyak macam Rusia dan Timur Tengah, tentu akan mempengaruhi produksi dan distribusi. Gangguan rantai pasok minyak akibat konflik bersenjata bisa membuat harga terangkat, karena akan ada kelangkaan di pasar dunia.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji) Next Article Pasokan Libya Bikin Panas Harga Minyak