Pemberlakuan Pajak Ekspor Bakal Menekan Industri Nikel RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Keuangan emiten pertambangan nikel, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) Bernadus Irmanto menilai jika pemerintah memberlakukan kebijakan pajak ekspor nikel akan menekan industri nikel domestik.
Saat ini, pemerintah masih mengkaji rencana pemberlakuan pajak ekspor progresif untuk komoditas nikel, terutama dengan kandungan nikel rendah seperti Nickel Pig Iron (NPI) dan Feronikel (FeNi).
Namun, kata Bernardus, kebijakan ini belum menetapkan pajak untuk produk olahan nikel lain seperti nickel matte atau MSP/MHP apakah akan diperlakukan sama termasuk mengenai akan adanya threshold harga nikel US$ 15,000 per ton.
"Tentu saja pengenaan pajak ini akan memberikan tekanan terhadap industri nikel, terutama perusahaan yang melakukan ekspor produk olahan nikel. PT Vale tidak terkecuali, karena kami mengekspor semua produk kami ke Jepang," kata Bernardus, saat dihubungi CNBC Indonesia, Senin (17/1/2022).
Menurut Bernardus, jika tujuan dari pengenaan pajak ini untuk mendorong hilirisasi, perlu dikaji waktu pelaksanaan dengan ketersediaan fasilitas hilirisasi (downstreaming facility) di Indonesia.
"Tidak semua perusahaan berencana melakukan hilirisasi. PT Vale misalnya, tidak mempunyai rencana bisnis untuk membangun refinery untuk nickel matte atau mempunyai rencana untuk masuk ke industri EV battery precursor misalnya," urainya.
Oleh sebab itu, kata dia, pemerintah perlu mendorong ekosistem hulu hilir produk nikel.
"Dengan kebijakan ini, kalau jadi diterapkan, seolah semua perusahaan nikel harus masuk ke downstream, atau menjual produknya di domestik kalau ada industri downstream yang bisa menyerap. Ini yang harus dipertimbangkan dengan baik oleh semua pemangku kepentingan," katanya.
Sementara itu, analis RHB Sekuritas Indonesia Ryan Santoso, dalam publikasi risetnya menilai, apabila nantinya pajak nikel diberlakukan sebesar 2%, laba bersih Antam akan turun sebesar 4,3% dengan catatan, pajak nikel itu hanya untuk penjualan produk FeNi Antam dan dengan asumsi ceteris paribus (semua hal lain/variabel dianggap sama).
"Namun demikian, setiap peningkatan output dan utilisasi untuk meningkatkan produksi nikel olahan akan dapat mengurangi risiko ini," kata Ryan Santoso dalam risetnya.
Pada perdagangan Senin ini, terpantau harga saham produsen nikel melemah. Saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) ditutup terkoreksi 2,31% ke level Rp 4.660 per saham.
Selanjutnya, harga saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) juga ambles 4,87% ke level Rp 1.855 per saham. Emiten tambang nikel lainnya, PT Timah Tbk (TINS) dan PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL), juga terkoreksi, masing-masing sebesar 3,21% dan 1,07%.
[Gambas:Video CNBC]
Dalam 5 Tahun, INCO Setor Rp 7,8 T ke Negara!
(sys/vap)