Sukses Tembus 6.700, Tapi IHSG Masi Galau Nih Awal Pekan
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat 0,27% ke level 6.711,41 di awal perdagangan pekan ini, Senin (17/1/2022).
IHSG sempat tembus level 6.711,82 tetapi setelah itu berbalik arah. Penguatan IHSG terpangkas dan pada 09.13 WIB indeks menguat 0,16% di level 6.705,93. Asing masuk ke pasar reguler dengan net buy Rp 52 miliar.
Saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menjadi dua saham incaran asing dengan net buy Rp 17 miliar dan Rp 15 miliar.
Sedangkan saham PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) dilepas asing dengan net sell Rp 5,6 miliar dan Rp 1,8 miliar.
Meskipun menguat pada Jumat (14/1), kinerja IHSG cenderung terkoreksi 0,12% dalam sepekan terakhir. Menariknya dana asing terus masuk ke pasar ekuitas domestik.
Data perdagangan mencatat ada inflow sebesar Rp 3,35 triliun di pasar reguler sepanjang pekan lalu.
Untuk perdagangan hari ini, ada beberapa sentimen yang patut menjadi cermatan investor. Pertama datang dari perkembangan pasar keuangan global terutama Wall Street.
Indeks saham Bursa New York mengakhiri perdagangan pekan lalu dengan kinerja yang variatif. Indeks Dow Jones Industrial tercatat melemah 0,56%.
Berbeda nasib dengan Dow Jones Industrial, indeks S&P 500 menguat tipis 0,08% sedangkan Nasdaq Composite memimpin penguatan dengan apresiasi sebesar 0,59%.
Kenaikan harga saham-saham teknologi yang tercermin dari indeks Nasdaq Composite tak terlepas dari kinerja harganya yang sudah terbanting pada perdagangan sebelum-sebelumnya.
Investor memanfaatkan momen koreksi harga yang terjadi untuk melakukan aksi beli sehingga turut membuat indeks rebound.
Dari dalam negeri akan ada rilis data ekonomi berupa neraca dagang Indonesia bulan Desember 2021 dari Badan Pusat Statistik (BPS).
Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor masih bisa tumbuh 40,3% year on year (yoy) sementara impor diperkirakan naik 39,7% yoy. Dengan pertumbuhan tersebut surplus neraca dagang diperkirakan mencapai US$ 3,05 miliar.
Jika melihat kinerja Wall Street maka kurang bisa diharapkan untuk menjadi katalis positif. Sementara itu, surplus neraca dagang sepertinya sudah di-priced-in oleh pelaku pasar sehingga dampaknya seharusnya tak begitu kuat untuk menggerakkan pasar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)