
Duh, Kok Bisa Saham Bukalapak Sentuh All Time Low???

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham emiten e-commerce PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) melemah hampir 17% dalam sepekan terakhir.
Pada perdagangan Jumat (14/1/2022), harga satu unit saham BUKA ditutup di Rp 392/saham. Bersamaan dengan penurunan harga, investor asing juga melakukan penjualan atawa net sell saham BUKA senilai Rp 165 miliar.
Dengan posisi harga tersebut, harga saham BUKA kini berada di level terendahnya atau all time low terhitung sejak initial public offering (IPO).
Awal Agustus tahun lalu, BUKA resmi menyandang status sebagai perusahaan publik. Harga satu unit sahamnya saat penawaran perdana mencapai Rp 850.
Saat itu BUKA melepas kurang lebih 25,8 miliar saham baru atas nama dari portepel. Artinya BUKA berhasil meraup pendanaan dari pasar hampir Rp 22 triliun dan nilai kapitalisasi pasarnya menyentuh lebih dari Rp 80 triliun.
Namun kini harga saham BUKA sudah ambles 54% dari harga IPO. Kinerja harga saham-saham IPO dengan nilai pelaksanaan jumbo memang kurang memuaskan pada tahun 2021.
BUKA menjadi emiten IPO jumbo terbesar dalam sejarah pencatatan Indonesia yang sahamnya juga mengalami nasib yang apes.
Jika menilik kinerja keuangannya, BUKA masih mencatatkan kerugian bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai Rp 1,12 triliun per September 2021.
Mengacu laporan keuangan perusahaan sampai dengan sembilan bulan pertama ini, BUKA tercatat membukukan pendapatan bersih senilai Rp 1,34 triliun, naik 42,09% dari periode yang sama di tahun sebelumnya senilai Rp 948,43 miliar.
Rinciannya, pendapatan itu bersumber dari pendapatan marketplace yang naik menjadi Rp 780,41 miliar dari periode sama tahun lalu Rp 742 miliar.
Pendapatan mitra naik menjadi Rp 496,70 miliar dari sebelumnya Rp 117,47 miliar. Sedangkan, BukaPengadaan memberi andil terhadap pendapatan perseroan senilai Rp 70,56 miliar, turun dari Rp 88,95 miliar.
Dari sisi Total Processing Value (TPV) sampai dengan September ini tumbuh 45% menjadi Rp 87,9 triliun. TPV ini juga naik dari posisi kuartal ketiga yang tercatat naik 51% menjadi Rp 31,2 triliun.
Pertumbuhan TPV Perseroan didukung oleh peningkatan jumlah transaksi sebesar 25% dan kenaikan sebesar 21% pada Average Transaction Value (ATV) sepanjang 9 bulan pertama di 2020 sampai dengan September 2021.
Terkait dengan dana IPO, BUKA baru menggunakan Rp 1,71 triliun dana yang diperolehnya dari proses penawaran perdana. Artinya BUKA baru menggunakan dana raihan IPO kurang dari 10%.
Namun penggunaan dana IPO yang masih minim tersebut bukan tanpa sebab karena BUKA sendiri mengubah rencana penggunaan dananya dan baru mendapatkan izin pada Desember lalu.
Jika sebelumnya 66% dana IPO dialokasikan untuk memperkuat modal kerja, maka berdasarkan keputusan terbaru hanya 33% saja.
Sebanyak 33% sisanya yang berarti kurang lebih Rp 7,2 triliun akan digunakan oleh BUKA dan anak usahanya untuk melakukan ekspansi . Namun juga tak terbatas pada pembelian aset seperti saham pendirian perusahan patungan (joint venture).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/dhf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham BUKA Sentuh All Time Low, Market Cap Susut Rp 56 T