
Bursa Asia Ga Kompak! Hang Seng Cerah, Tapi Shanghai Ambruk

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia ditutup bervariasi pada perdagangan Kamis (13/1/2022), karena investor merespons beragam dari melonjaknya kembali inflasi Amerika Serikat (AS) dan perkembangan pandemi virus corona (Covid-19) di global.
Indeks Shanghai Composite China ditutup ambles 1,17% ke level 3.555,26, Nikkei merosot 0,96% ke 28.489,13, dan KOSPI Korea Selatan melemah 0,35% ke posisi 2,962.09.
Sedangkan untuk indeks Hang Seng Hong Kong ditutup naik 0,11% ke level 24.429,77, Straits Times (STI) Singapura menguat 0,14% ke 3.259,43, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir terapresiasi 0,17% ke posisi 6.658,356.
Indeks Shanghai memimpin pelemahan bursa Asia pada hari ini setelah pinjaman bank baru pada Desember 2021 turun lebih dari yang diharapkan oleh pasar dari bulan sebelumnya.
Bank-bank China kembali memperpanjang pinjaman barunya pada Desember tahun lalu sebesar 1,13 triliun yuan (US$ 177,56 miliar), turun dari sebelumnya pada November 2021 sebesar 1,27 triliun yuan, meski pinjaman untuk tahun 2021 mencatatkan rekor.
Saham konsumer di China yang ditutup terkoreksi juga turut memperberat gerak Shanghai pada hari ini, di tengah naiknya kasus Covid-19 lokal di China.
Saham konsumer China merosot 3%, dengan saham minuman keras ambles 3,5% di tengah naiknya kasus Covid-19 akibat transmisi lokal yang berimbas pada diberlakukannya kembali pengetatan kegiatan masyarakat di China.
China kembali dihadapkan oleh kondisi darurat Covid-19 setelah varian Omicron dengan transmisi lokal terdeteksi di beberapa kota di Negeri Panda.
Tak hanya di China, indeks Nikkei juga berakhir merosot nyaris 1% pada hari ini, karena lonjakan kasus Covid-19 mendorong aksi jual di saham peritel dan membuat harganya ambles pada hari ini.
Saham konglomerat ritel Aeon ambles 5,7%, saham operator bioskop Toho ambruk 5,50%, dan saham peritel fesyen Uniqlo Fast Retailing merosot 1,92%.
Sebelumnya, pemerintah Jepang melaporkan adanya lonjakan kasus harian Covid-19 pada Rabu kemarin, sekaligus menjadi rekor tertinggi dalam empat bulan terakhir di kota-kota besar seperti Tokyo dan Osaka.
Kasus baru bertambah menjadi 2.198 di ibu kota Tokyo, sementara prefektur barat Osaka mencatat kasus Covid-19 bertambah menjadi 1.711, hampir tiga kali lipat dari hari sebelumnya dan menjadi kasus tertinggi sejak September 2021.
Pada Minggu, Jepang meningkatkan pembatasan kegiatan masyarakat di tiga wilayah yang menjadi tuan rumah fasilitas militer AS, setelah adanya warga yang terkonfirmasi terkena Omicron di suatu pangkalan militer dan telah menyebar ke komunitas sekitarnya.
Perdana Menteri (PM) Jepang, Fumio Kishida mengatakan pada Selasa lalu bahwa Jepang akan kembali memberlakukan pembatasan yang ketat hingga Februari untuk memperlambat penyebaran Omicron.
Meski bursa utama Asia terkoreksi, tetapi bursa Asia lainnya terpantau menghijau, meski cenderung tipis-tipis saja.
Investor merespons beragam dari melonjaknya kembali inflasi AS pada Desember 2021. Indeks Harga Konsumen (IHK) AS yang mencerminkan laju inflasi pada bulan Desember 2021 tercatat tumbuh 7% secara tahunan (year-on-year/yoy) dan menjadi level tertinggi sejak 1982.
Meskipun inflasi berada di level tertingginya dalam 4 dekade terakhir, tetapi kenaikan ini sudah diantisipasi oleh pelaku pasar.
Ekonom yang disurvei Dow Jones sudah memperkirakan bahwa IHK AS bulan Desember 2021 bakal naik 7% sesuai dengan angka aktual saat ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!
