Dolar AS Bakal Moncer di 2022, Baca Ini Dulu Sebelum Borong!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
11 January 2022 17:35
Dollar
Foto: Freepik

Volatilitas tinggi memang hampir pasti akan terjadi, sebab The Fed berpeluang menaikkan suku bunga di bulan Maret, dan setelahnya akan mengurangi nilai neracanya. Hal tersebut dilakukan guna meredam inflasi di Amerika Serikat.

Pelaku pasar kini melihat probabilitas lebih dari 90% The Fed akan menaikkan suku bunga di bulan Maret, berdasarkan data dari perangkat FedWatch milik CME Group.

"The Fed sepertinya akan merasakan tekanan dari inflasi yang tinggi dan terdorong untuk memulai siklus kenaikan suku bunga di bulan Maret," kata Elsa Lignos, Kepala Strategi Valas Global di RBC Capital Markets, sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (10/1).

Meski The Fed sangat hawkish, nyatanya rupiah masih mampu bertahan dari tekanan dolar AS. Hal ini tidak lepas dari imbal hasil (yield) obligasi Indonesia yang masih relatif tinggi ketimbang di Amerika Serikat.

Saat ini yield Treasury tenor 10 tahun berada di 1,75%. Jika tahun ini The Fed menaikkan suku bunga sebanyak 3 kali sebesar 75 basis poin, hitung-hitungan kasar yield Treasury juga akan ikut naik 75 basis poin sehingga menjadi sekitar 2,5%.

Sementara inflasi di tahun depan, The Fed memperkirakan sebesar 2,6%, lagi-lagi hitungan kasar, riil yield di AS masih akan negatif sekitar 0,1%.

Itu jika inflasi bisa diredam oleh The Fed, jika masih tetap tinggi tentunya riil yield akan negatif semakin dalam. Hal ini yang membuat dolar AS sulit menguat tajam.

Inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) di Amerika Serikat pada bulan November tumbuh 6,8 (yoy) menjadi yang tertinggi sejak 1982 lainnya. Di bulan Desember, CPI diperkirakan masih naik lagi menjadi 7% (yoy).

Bandingkan dengan Indonesia, yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun di kisaran 6,4% dan inflasi di bulan November 1,75% (yoy), riil yield masih positif sekitar 4,5%.
Direktur Riset BRI Research Institute, Anton Hendranata memprediksi inflasi domestik di tahun 2022 bisa menyentuh 2,8% -3,3%. Meskipun inflasi di tahun depan diperkirakan akan meningkat, riil yield masih akan tetap positif.

Selisih yield tersebut masih akan mampu menjaga kinerja rupiah melawan dolar AS di tahun ini. Belum lagi ada Bank Indonesia (BI) yang selalu menjaga stabilitas rupiah melalui triple intervention.

TIM RISET CNCB INDONESIA 

(pap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular