
Dinilai Potensial, BNI Maksimalkan Layanan Transaksi LCS Yen

Jakarta, CNBC Indonesia - Transaksi mata uang lokal atau local currency settlement (LCS) dalam transaksi bilateral perdagangan dan investasi menawarkan berbagai manfaat bagi para pelaku usaha.
Beberapa manfaat tersebut adalah sebagai instrumen lindung nilai dalam mata uang lokal dengan biaya konversi kurs transaksi yang efisien, menjadi alternatif pembiayaan ekspor dan membuka peluang investasi dalam mata uang lokal, serta berperan untuk diversifikasi eksposur mata uang dalam penyelesaian transaksi antar-negara.
Setelah Malaysia dan Thailand, Bank Indonesia (BI) menjalin kerja sama implementasi LCS dengan Jepang, kemudian dengan Tiongkok pada tahun lalu. Khusus untuk Jepang, pemanfaatan LCS dengan mata uang Yen tercatat menjadi yang terbesar dari sisi nilai transaksi.
Diketahui dari empat negara yang sudah menjalin kerja sama pemanfaatan LCS, penggunaan mata uang Yen nilai transaksinya mencapai rata-rata USD109,4 juta per bulan. Transaksi LCS dalam Ringgit Malaysia sebesar USD45,3 juta per bulan, Baht Thailand mencapai USD17 juta per bulan dan Tiongkok mencatat transaksi sebesar USD15,1 juta per bulan.
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) bersama Kantor Perwakilan BI Tokyo, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo turut mensosialisasikan penggunaan mata uang lokal atau local currency settlement (LCS).
Duta Besar Indonesia untuk Jepang, Heri Ahmadi menilai potensi pemanfaatan LCS masih sangat besar. Terlebih nilai transaksi LCS dengan mata uang Yen cukup besar dibanding beberapa negara lain.
"Di antara LCS Indonesia, Jepang nilai terbanyak, tetapi masih sangat banyak ruang-ruang peluang yang terbuka," ujar dia belum lama ini.
Adapun pelaksanaan LCS tergantung layanan perbankan yang telah ditunjuk oleh BI, di mana saat ini terdapat belasan bank yang dimandatkan sebagai Appointed Cross Currency Dealer (ACCD).
Lewat LCS, diharapkan perusahaan Jepang yang memiliki cakupan bisnis ke Indonesia dan perusahaan Indonesia yang memiliki eksposur usaha ke Jepang bisa lebih efisien karena tidak perlu mengkonversi nilai tukar.
"LCS akan sangat mempermudah transaksi antara PT (perusahaan-perusahaan) di Indonesia dan Jepang," kata Heri.
Dalam perkembanga tersebut, BNI sebagai satu-satunya bank nasional yang eksis di Negeri Sakura dengan keberadaan kantor cabang Tokyo memiliki potensi besar untuk mendukung peningkatan transaksi LCS mata uang Yen. Terlebih, BNI ditunjuk sebagai ACCD untuk memfasilitasi transaksi LCS melalui pembukaan rekening mata uang negara mitra sejak 2018 lalu.
Direktur Treasury & Internasional BNI, Henry Panjaitan menyatakan transaksi LCS BNI meningkat signifikan sekitar 6,25%. Dari 4 negara yang memiliki kerja sama LCS, Jepang menjadi negara dengan aktivitas transaksi valuta asing paling menonjol.
"Kami pun telah menyiapkan strategi untuk mendukung kenaikan transaksi LCS. Tahun ini, BNI bakal meningkatkan literasi kepada seluruh nasabah, yang akan didukung juga oleh beberapa stimulus sehingga aktivitas transaksi LCS bisa meningkat," sebutnya dalam keterangan tertulis, Selasa (11/1/2022).
Ia berharap, semakin banyak pelaku usaha yang dapat memanfaatkan layanan transaksi LCSuntuk mengembangkan usahanya.
Sementara itu, Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kementerian Perdagangan (Kemendag) Kasan Muhri mengatakan, salah satu aspek penting dalam implementasi LCS yakni kehadiran bank pelaksana di negara yang telah bekerja sama. Dengan begitu, implementasi LCS bisa lebih efektif dan ketergantungan terhadap USD bisa berkurang.
"Sebenarnya bukan semata-mata banyak LCS-nya, tetapi yang lebih penting adalah efektivitas dari implementasinya. Kemudian porsi valuta asing non-USD yang menjadi target pengurangan ketergantungan terhadap dolar AS," kata Kasan.
Salah satu bank pelat merah yang memiliki banyak jaringan Kantor Cabang Luar Negeri (KCLN) dan mendukung aktivitas ekspor dan impor adalah BBNI. Saat ini BBNI memiliki KCLN di 6 negara, yakni Singapura, Hong Kong, Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Inggris.
Oleh karena itu, BBNI memiliki peran besar dalam implementasi LCS dengan berbagai negara mitra dagang Indonesia. Kasan mengatakan, idealnya bank pelaksana atau bank yang memfasilitasi implementasi LCS harus ada di masing-masing negara yang melakukan LCS.
"BNI harus menyediakan likuiditas rupiah di setiap negara yang Indonesia punya LCS untuk efektifitas implementasinya," tandasnya.
(bul/bul)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tembus RP 18,3 Triliun, Laba Bersih BNI 2022 Pecah Rekor!