
Dow Futures Menurun 41 Poin Jelang Pidato Jerome Powell

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) bergerak menurun pada Senin (10/1/2022) setelah menemui awal yang sulit di 2022 akibat kenaikan suku bunga acuan.
Kontrak futures indeks Dow Jones Industrial Average menurun 41 poin. Sementara kontrak serupa indeks S&P 500 tergelincir 0,25% dan Nasdaq 100 melemah 0,5%. S&P 500 dan Nasdaq mengarah pada pelemahan empat hari, sedangkan Dow telah minus untuk tiga hari perdagangan secara beruntun.
Awal yang sulit untuk indeks saham dikarenakan suku bunga yang naik pesat. Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun naik mencapai 1,77% hari ini setelah tahun lalu ditutup di level 1,5%.
Pada Minggu (9/1/2022) Goldman Sachs memperkirakan suku bunga acuan AS akan naik empat kali pada 2022.
Pelaku pasar saham telah siap untuk pekan yang penting untuk hasil data inflasi dan konfirmasi dari Ketua Bank Sentral AS Jerome Powell mengenai arah kebijakan moneternya, yang akan disampaikan dalam pidatonya di depan Senat.
Indeks Harga Konsumen (IHK) dijadwalkan rilis pada Rabu dan diperkirakan menunjukkan kenaikan tahunan sebesar 7,1%, jika mengacu kepada perkiraan Dow Jones. Indeks harga produsen yang mengukur harga jual di tingkat grosir akan dirilis pada Kamis.
Musim rilis laporan keuangan diperkirakan akan berlangsung pekan ini. S&P 500 diperkirakan akan menunjukkan peningkatan laba bersih per kuartal IV-2021 sebesar 21,7%, yang akan menjadi kuartal keempat dengan capaian di atas 20% berdasarkan data FactSet.
Ketiga indeks saham utama di Wall Street itu terkoreksi di pekan pertama tahun ini. S&P 500 menurun 0,4% pada Jumat menjadi penurunan pertama sejak September. Nasdaq melemah 0,9% dan juga koreksi 4 hari. Dow Jones menurun sebesar 4,81 poin.
Indeks saham teknologi telah kesulitan sejak suku bunga melonjak. Imbal hasil (yield) AS tenor 10 tahun naik 1.8% pada Jumat, dan meningkat di sesi penutupan sebanyak 1.51%.
"Sebagai permulaan di tahun 2022 pekan ini, jual beli saham akan jatuh pada aksi rotasi definitive menuju saham berbasis nilai dan saham siklikal dan meninggalkan saham berbasis pertumbuhan karena investor menghadapi situasi suku bunga naik tajam," tutur analis Goldman Sachs Chris Husset dalam laporan riset, yang dikutip CNBC International.
Kenaikan suku bunga acuan di AS terjadi setelah The Fed memberikan sinyal akan mengurangi kebijakan moneter longgar secara lebih cepat. Pasar kini bertaruh bahwa ada peluang 50:50 bagi bank sentral untuk menaikkan suku bunga sebanyak empat kali di 2022.
Proyeksi ini lebih ketat dibandingkan dengan antisipasi pasar sebelum risalah rapat The Fed pada Desember dirilis Rabu pekan lalu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dow Futures Naik Tipis, Bursa AS Berpeluang Dibuka Menyamping