Oh, Jadi Ini Hitungan Sederhana Kenaikan Harga Minyak Goreng
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak goreng sudah tiga bulan terakhir terus menanjak. Hal ini membebani rumah tangga hingga pelaku usaha, terutama di sektor mikro. Terlebih, kenaikan ini tidak sebanding dengan pemasukan masyarakat.
Rata-rata kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) hanya sebesar 1,09%. Tidak sebanding dengan kenaikan harga minyak yang naik 20% point-to-point (ptp) sejak kenaikan di kuartal empat 2021. Sinyal kenaikan harga juga belum terlihat garis akhirnya.
Mengacu data PIHPS, harga minyak goreng curah tanggal per 10 Januari 2021 sebesar Rp 19.400 per kilogram (kg), naik 19% ptp sejak kuartal empat 2021.
Sedangkan minyak goreng kemasan bermerek I dan II, masing-masing harganya Rp 19.350 per kg dan Rp 19.700 per kg. Keduanya meroket 20% dan 23% sejak kuartal empat 2021.
Alasan para produsen minyak goreng menaikkan harganya karena tingginya harga harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) sebagai bahan baku.
Harga rata-rata CPO pada kuartal tiga 2021 adalah MYR 4.808/ton. Jika dikonversi menjadi per kg, maka harga CPO menjadi Rp 16.356 per kg, dengan asumsi 1 MYR setara sekitar Rp 3.400. Dengan kata lain, harga bahan baku untuk CPO untuk membuat minyak goreng Rp 16.356 per kg, atau setara 84,31% dari harga minyak goreng Rp 19.400 per kg saat ini.
Selain lebih tinggi, marjin atau selisih antara minyak goreng dan harga rata-rata CPO pun meningkat. Pada kuartal empat 2021, marjin perbandingannya mencapai 117%. Angka tersebut naik dibandingkan kuartal tiga dan dua sebesar 116% dan 114%.
Harga CPO yang melonjak karena terbatasnya produksi di Malaysia, produsen utama dunia yang disebabkan oleh krisis tenaga kerja di perkebunan akibat pandemi dan cuaca. Selain itu, tren kenaikan harga minyak mentah juga mendukung harga CPO karena kelapa sawit digunakan sebagai bahan baku untuk memproduksi biodiesel.
Tahun ini, permintaan diprediksi tetap tangguh mengingat konsumsi yang lebih tinggi secara global tetap menopang harga CPO. Permintaan akan tumbuh dari permintaan minyak nabati yang tumbuh dan bioenergi.
Persediaan minyak sawit diperkirakan sedikit meningkat dan akhirnya kembali ke tingkat pra-pandemi sekitar dua juta ton hingga tiga juta ton pada tahun 2022, menurut riset MIDF Research.Walaupun ada peningkatan produksi, analis memperkirakan rata-rata harga CPO akan tetap bertahan di level RM 3.000/ton tahun depan.
MIDF memperkirakan harga rata-rata CPO 2022 pada RM 3.300/ton. Sedangkan pandangan lebih optimis datang dari CGS-CIMB Research memperkirakan rata-rata harga CPO tahun 2022 sebesar RM 3.600/ton.
Jika sejalan dengan proyeksi CPO dunia, maka harga minyak goreng berpotensi turun secara bertahap pada kuartal dua 2021.
(ras)