Harga Teoritis Terbit, BBHI Masih Undervalue Dibanding ARTO

Feri Sandria, CNBC Indonesia
10 January 2022 11:05
INFOGRAFIS, Ekosistem Raksasa Pemilik Saham Allo Bank Pasca HMETD
Foto: Infografis/ Ekosistem Raksasa Pemilik Saham Allo Bank Pasca HMETD/ Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten bank digital yang dimiliki pengusaha nasional Chairul Tanjung, PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) berencana menambah modal dengan skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue.

Perusahaan berencana menerbitkan saham baru sebanyak-banyaknya 10,04 miliar saham atau setara 46,24% dari modal disetor perusahaan dengan harga pelaksanaan Rp 478 per saham. Artinya, Allo Bank berpotensi meraih dana rights issue senilai Rp 4,80 triliun.

Menurut Laporan Keuangan BBHI kuartal III-2021, jumlah ekuitas perusahaan terkini mencapai Rp 1,28 triliun. Ke depan, jika ada tambahan modal dari RI sebanyak Rp 4,8 triliun, maka ekuitas BBHI akan berubah menjadi Rp 6,08 triliun. Dengan begitu, Allo Bank dapat diklasifikasikan sebagai bank KBMI II (Bank dengan modal inti di atas Rp 6 triliun).

Dalam rights issue tersebut, pemegang saham pengendali BBHI, Mega Corpora akan mengambil 2,71 miliar saham atau setara 30% dari total yang diterbitkan dalam aksi korporasi ini senilai Rp 1,3 triliun. Sedangkan 70% sisanya dialihkan kepada tujuh investor strategis yakni Grup Salim, PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), Grab, Carro, CT Corp, dan Growtheum Capital Partners.

Saham Allo Bank bakal lebih murah

Dalam keterbukaan informasi di BEI, dikutip Senin (10/1), manajemen BBHI mengumumkan harga teoretis saham BBHI untuk pedoman tawar menawar dan penghitungan Indeks Harga Saham BEI di harga Rp 5.678 atau disesuaikan dengan fraksi harga menjadi Rp 5.675/saham.

Harga tersebut berlaku mulai perdagangan di pasar reguler dan pasar negosiasi pada Senin ini (10/1).

Adapun harga saham BBHI pada akhir cum date di pasar reguler tercatat di posisi Rp 10.150/saham.

Harga teoritis saham sendiri merupakan harga yang diterapkan bursa sebagai pedoman tawar menawar atas saham pada saat dimulainya perdagangan pertama di pasar reguler setelah adanya penerbitan saham baru.

Harga teoritis adalah harga penyesuaian antara harga pasar dan harga tebus rights issue.

Ini adalah mekanisme bursa agar pasca-rights issue agar kapitalisasi pasar emiten tidak melonjak tiba-tiba apalagi ketika rights issue yang dilakukan dalam menerbitkan jumlah saham yang banyak dengan harga penebusan di bawah harga pasar.

Apabila selama masa perdagangan semua saham baru berhasil diserap sepenuhnya, maka selanjutnya total saham beredar BBHI juga akan bertambah menjadi 21,74 miliar dengan ekuitas mencapai Rp 6,08 triliun.

Maka nilai BVPS (book value per share) BBHI akan ikut naik menjadi Rp 280/unit, dari semula Rp 109/unit (ekuitas lama 1,28 T, saham beredar 11,68 M).

Alhasil, price to book value (PBV) BBHI setelah rights issue rampung menggunakan harga teoritis akan menjadi 20,26 kali.

Angka ini masih lebih kecil dari PBV Bank Aladin Syariah (BANK) dan Bank Jago (ARTO) yang pada penutupan perdagangan kemarin, PBV masing-masing berada di angka 27,90 dan 32,58 kali.

Sebagai informasi, berdasarkan laporan keuangan kuartal III tahun lalu, laba bersih Allo Bank tercatat meningkat 77,16% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp 85,73 miliar, dari laba bersih periode yang sama tahun 2020 sebesar Rp 48,39 miliar.

Pertumbuhan laba bersih tersebut ditopang oleh kenaikan pendapatan bunga sebesar 98,56% secara yoy dari Rp 123,76 miliar pada 30 September 2020 menjadi Rp 245,73 miliar pada akhir September 2021.


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan di Bursa Dibuka CT, Saham Allo Bank Melesat 13%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular