
Alert! Bursa Asia Mayoritas Loyo, IHSG Bisa Kena Getahnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia dibuka cenderung melemah pada perdagangan Senin (10/1/2022), di mana investor investor masih mengamati perkembangan pandemi virus corona (Covid-19) global dan potensi kenaikan suku bunga bank sentral Amerikat Serikat (AS).
Indeks Hang Seng Hong Kong dibuka melemah 0,28%, Shanghai Composite China terkoreksi 0,28%, dan KOSPI Korea Selatan turun 0,19%.
Sedangkan untuk indeks Straits Times (STI) Singapura dibuka menguat 0,2% pada perdagangan pagi hari ini.
Sementara untuk indeks Nikkei Jepang pada hari ini ditutup karena adanya libur nasional.
Mayoritas pasar saham Asia cenderung mengikuti pergerakan bursa saham AS, Wall Street pada perdagangan Jumat akhir pekan lalu.
Tiga indeks utama di Wall Street kembali melemah pada perdagangan akhir pekan lalu. Dow Jones ditutup turun tipis 0,01% ke level 36.231,66, S&P 500 melemah 0,41% ke 4.677,02, dan Nasdaq merosot 0,96% ke posisi 14.935,90.
Pekan lalu, notula rapat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) edisi Desember 2021 menunjukkan bahwa para pejabat The Fed siap untuk secara agresif mengetatkan kebijakan moneternya. The Fed berencana untuk menaikan suku bunga acuan dan mengecilkan neracanya.
Data kontrak CME FedWatch yang terbaru bahkan menunjukkan The Fed kemungkinan menaikkan suku bunga acuan pertama kali di bulan Maret 2022 dengan probabilitas lebih dari 60%.
Angka tersebut lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya di November dan Desember tahun lalu ketika pelaku pasar memprediksi kenaikan suku bunga pertama kali bakal dilakukan di bulan Juni 2022.
Sementara itu, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (Treasury) bertenor 10 tahun kembali naik pada Jumat pekan lalu nyaris 1,8%, setelah rilis data penggajian non-pertanian (non-farm payroll/NFP) periode Desember 2021,
Data NFP AS menunjukan hanya 199.000 pekerjaan yang bertambah pada periode tersebut, jauh di bawah ekspektasi pasar yang memperkirakan sebesar 422.000 pekerjaan.
Kendati cukup mengecewakan, ada beberapa poin di laporan ketenagakerjaan AS yang mencerminkan bahwa ekonomi terus menunjukkan pemulihan dan kenaikan inflasi.
Hal tersebut tampak dari rerata pendapatan per jam yang naik 0,6% serta tingkat pengangguran yang berada di level 3,9% terendah sejak Februari 2020 dan lebih rendah dari proyeksi pasar di 4,1%.
Di lain sisi, kasus Covid-19 global terus meningkat tajam menyusul munculnya varian Omicron yang sangat menular. Di AS, Australia, dan Inggris, pemerintah setempat telah melaporkan rekor terbaru kasus harian dalam beberapa pekan terakhir.
"Studi awal menunjukkan bahwa meskipun Omicron jauh lebih menular daripada Delta, untungnya, kecil kemungkinannya menyebabkan rawat inap, dan vaksin penguat semakin mengurangi risiko rawat inap," kata analis ANZ Research, dikutip dari CNBC International.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Data Jepang Jadi Fokus, Bursa Asia Kompak Menguat Kecuali China
