Bitcoin Terjun Bebas, Rekor Terendah Sejak September 2021

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
Jumat, 07/01/2022 20:15 WIB
Foto: Bitcoin. (REUTERS/Jose Cabezas)

Jakarta, CNBC Indonesia - Penurunan harga Bitcoin tak terbendung. Mata uang kripto ini terus mengalami penurunan selama sepekan terakhir, bahkan hingga jatuh di bawah US$ 42.000 atau setara Rp 606 juta per Jumat (7/1/2022).

Laporan Bloomberg seperti dikutip CNBC Indonesia menyebut, mata uang kripto terbesar turun sebanyak 4,9% menjadi US$ 41.008, menandai penurunan sekitar 40% dari US$ 69.000 yang dicapai 10 November 2021 lalu.

Sementara harga Ether juga turun sebanyak 9% ke level terendah sejak 30 September. Kedua token tersebut, termasuk Binance Coin, Solana, Cardano dan XRP turun lebih dari 10% dalam tujuh hari terakhir, menurut laporan CoinGecko.


Retret terjadi setelah risalah pertemuan Federal Reserve (Fed) pada Desember 2021, yang diterbitkan Rabu (5/1/2022), menandai kemungkinan kenaikan suku bunga lebih awal dan lebih cepat dari perkiraan serta potensi neraca.

"Niat The Fed untuk mengurangi neraca pada Q1 2022 adalah penyebab utama aksi jual ini," kata ahli strategi Fundstrat Kamis (6/1/2022). "Sayangnya, tidak ada support langsung yang terlihat menjelang posisi terendah September 2021 di US$ 39.573, dengan penembusan yang mengarah ke terendah Mei-Juli musim panas lalu."

Selain itu, masalah lain muncul. Pertambangan kripto di Kazakhstan dilanda kekacauan akibat adanya kerusuhan, sehingga dilakukan penutupan internet. Salah satu negara di Asia Tengah ini merupakan pusat penambangan Bitcoin terbesar kedua di dunia.

Melansir CNBC International, Kevin Zhang dari perusahaan mata uang digital Foundry mengatakan penutupan itu membuat sekitar 15% penambang Bitcoin dunia offline. Foundry sendiri merupakan perusahaan yang membantu membawa lebih dari US$ 400 juta peralatan penambangan ke Amerika Utara.

Setelah China mengusir semua penambang cryptocurrency tahun lalu, banyak dari mereka mencari perlindungan di negara tetangga Kazakhstan karena negara ini memiliki sumber daya untuk penambang kripto.

Bitcoin naik sekitar 60% tahun lalu, mengungguli kelas aset lainnya. Kenaikan terjadi di tengah narasi yang mencakup adopsi institusional, perlindungan inflasi, dan diversifikasi investasi.

Namun, Hayden Hughes, CEO platform perdagangan sosial Alpha Impact mengatakan ada tanda-tanda pemulihan potensial. Dia mengatakan basis kliennya "berakumulasi besar" di Asia, meskipun dengan preferensi yang kuat untuk Ether dibandingkan dengan Bitcoin.


(tfa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Demi Masa Depan Cerah Aset Kripto, OJK Perkuat Keamanan Siber