Dow Futures Menguat Tipis Sambut Rilis Data Tenaga Kerja AS

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
07 January 2022 19:37
Trader Timothy Nick works in his booth on the floor of the New York Stock Exchange, Thursday, Jan. 9, 2020. Stocks are opening broadly higher on Wall Street as traders welcome news that China's top trade official will head to Washington next week to sign a preliminary trade deal with the U.S. (AP Photo/Richard Drew)
Foto: Bursa saham Amerika Serikat (AS) (AP Photo/Richard Drew)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) menguat tipis pada Jumat (7/1/2021), menyambut rilis data tenaga kerja yang akan memberikan gambaran mengenai kondisi ekonomi Negara Adidaya dan kebijakan moneternya ke depan.

Kontrak futures indeks Dow Jones Industrial Average bertambah 9 poin (+0,02%) dari nilai wajarnya, sementara kontrak serupa indeks S&P 500 dan Nasdaq Futures menguat masing-masing sebesar 0,1% dan 0,3%.

Pada perdagangan Kamis, Dow Jones drop 170 poin (-0,47%) sementara S&P 500 melemah 0,1% dan keduanya mengarah terbentuknya koreksi mingguan yang pertama tahun ini. Adapun Nasdaq melemah 0,13% menjadi koreksi ketujuh dari delapan sesi.

Semua perhatian kini tertuju pada data lapangan kerja oleh Departemen Tenaga Kerja AS, di mana ekonom dalam survei Dow Jones memperkirakan pembukaan lapangan kerja baru untuk 422.000 pekerja per Desember. Angka pengangguran diprediksi di angka 4,1%.

Saham GameStop melesat lebih dari 15% di sesi pra-pembukaan menyusul kabar perseroan masuk ke industri kripto dengan berinvestasi pada marketplace penyedia nonfungible tokens (FTs) dan mata uang digital untuk game. Di sisi lain, saham Starbucks anjlok sekitar 3% setelah RBC dan Oppenheimer memangkas peringkat kedai raksasa kopi tersebut.

Klaim tunjangan pengangguran mingguan menurut data Departemen Tenaga Kerja mencapai angka 207.000 per 1 Januari atau lebih tinggi dari proyeksi pasar sebanyak 195.000 unit. Namun, sektor swasta membuka lapangan kerja untuk 807.000 orang per Desember, menurut data ADP, atau jauh lebih tinggi dari ekspektasi sebanyak 375.000 orang.

Sebelumnya Wall Street tertekan menyusul rilis risalah rapat The Fed yang menunjukkan rencana pengurangan pasokan likuiditas lebih cepat dan kenaikan suku bunga acuan sebanyak tiga kali tahun ini.

"Perubahan kebijakan The Fed seringkali memicu volatilitas di pasar," tutur Keith Lerner, Kepala Perencana Pasar Truist, seperti dikutip CNBC International. "Bursa saham umumnya memiliki kinerja positif selama periode ketika The Fed menaikkan acuan jangka pendek karena biasanya berbarengan dengan ekonomi yang sehat."

Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun yang menjadi acuan pasar naik ke 1,75%, dari posisi akhir tahun lalu di 1,51%. Saham berbasis pertumbuhan (growth stocks) yakni saham teknologi pun terpukul.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dow Futures Naik Tipis, Bursa AS Berpeluang Dibuka Menyamping

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular