The Fed Naikkan Suku Bunga, Pelaku Pasar Cemas Ini Terjadi

Monica Wareza, CNBC Indonesia
Jumat, 07/01/2022 14:06 WIB
Foto: Bursa Asia (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Jakarta, CNBC Indonesia - Langkah bank sentral Amerika Serikat, the Federal Reserve untuk menaikkan suku bunganya lebih cepat di tahun ini ditakutkan akan memberikan reaksi yang berlebihan dari investor di dalam negeri. Maklum, biasanya investor dalam negeri menjadikan pasar saham negeri Paman Sam tersebut sebagai kiblatnya untuk berinvestasi.

Direktur PT Eastspring Investments Indonesia Ari Pitojo mengatakan secara fundamental pasar saham dalam negeri dinilai lebih baik kondisinya saat ini dibandingkan dengan kondisi pada 2013 lalu. Selain itu kekuatan investor domestik saat ini juga lebih mendominasi pasar keuangan domestik dibandingkan dengan investor asing.

"Cuma yang ditakutkan reaksi berlebihan. Jadi ketika nanti pasar saham Amerika jatuh, Asia jatuh kita juga jatuh, itu yang ditakutkan. Reaksi bukan karena fundamental, karena kalau fundamental Indonesia kuat sekali, jauh dibanding 2013," kata Ari dalam wawancara dengan CNBC Indonesia TV, Jumat (7/1/2022).


Dia menjelaskan, saat ini kepemilikan asing di aset investasi dalam negeri terbilang kecil sehingga tidak ada kekhawatiran akan adanya aliran dana keluar (capital outflow) yang berlebihan.

Sebab, dalam dua tahun terakhir kepemilikan asing di aset obligasi dalam negeri terus berkurang, dan saat ini jumlahnya sangat kecil.

Begitu juga dengan aset saham, asing baru masuk (capital inflow) hingga Rp 38 triliun di tahun lalu. Angka ini dinilai bukan jumlah yang besar ketimbang dengan kemampuan investor domestik.

"Jadi kalau dari flow engga worry, yang worry itu reaksi berlebihan terhadap rencana The Fed ini terutama dari luar. Kalau dari dalam biasanya suka ngikut yang dari luar. Kalau ada concern biasanya lebih di situ," tandasnya.

Diberitakan sebelumnya, rilis notula The Fed yang menunjukkan normalisasi kebijakan moneter kemungkinan dilakukan lebih cepat. Tidak hanya agresif menaikkan suku bunga, beberapa anggota The Fed juga melihat nilai neraca (balance sheet) juga bisa dikurangi.

"Peserta rapat kebijakan moneter secara umum mencatat bahwa, melihat outlook individual terhadap perekonomian, pasar tenaga kerja dan inflasi, mungkin diperlukan kenaikan suku bunga lebih awal atau dengan laju yang lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya. Beberapa peserta juga mencatat akan tepat jika segera mulai mengurangi nilai neraca setelah suku bunga dinaikkan," tulis notula The Fed yang dikutip Reuters, Kamis (6/1/2022).

Dengan adanya kemungkinan The Fed mengurangi neracanya, dengan menjual obligasinya, maka likuiditas di perekonomian akan kembali terserap, dan diharapkan mampu meredam tingginya inflasi.

Tetapi efek sampingnya, likuiditas diserap lebih cepat dan berisiko menjadi ketat, yang tidak menguntungkan bagi pasar saham.


(mon/vap)
Saksikan video di bawah ini:

Ramal Nasib Rupiah-Pasar SBN Saat Perang Memanas & Bunga Ditahan