
Ngeri! Begini Kekuatan Raksasa Digital di Balik Allo Bank

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekosistem raksasa yang dimiliki para investor strategis berpotensi akan semakin memperkokoh bisnis bank digital PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) di masa mendatang. Para investor kelas kakap itu sendiri memiliki lini bisnis yang beragam, mulai dari ritel, e-commerce, jasa ride-hailing, sampai produk perjalanan.
Masuknya tujuh investor strategis tersebut terjadi seiring Allo Bank menggelar aksi korporasi penambahan modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMTED) atau rights issue bank milik pengusaha nasional Chairul Tanjung tersebut senilai Rp 4,80 triliun.
Ketujuh investor besar yang dimaksud adalah CT Corp, Grup Salim, Growtheum Capital Partners, PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), Grab, Traveloka, dan Carro. Empat nama terakhir adalah pemain besar di sektor teknologi dan ekonomi digital RI alias unicorn.
Unicorn adalah sebuah istilah untuk perusahaan rintisan (startup) yang memiliki valuasi US$ 1 miliar (Rp 14,3 triliun).
Menurut rilis pers Bank Allo, Rabu (5/1/2022), tujuan dari kerja sama antara Allo Bank dan para investor tersebut adalah untuk mengakselerasi ekspansi layanan penyaluran kredit di Indonesia.
Nantinya BUKA akan menggenggam 11,49% saham Allo Bank, Traveloka melalui Abadi Investments Pte. Ltd. mengempit 7,00%, Grab via H Holdings Inc menguasai 2,07%, dan Carro sebesar 0,69%.
Selain keempat perusahaan berbasis teknologi itu, investor anyar Allo Bank juga mencakup CT Corp milik Chairul Tanjung (akan memiliki 1,88% saham), konglomerat raksasa Grup Salim melalui PT Indolife Investama Perkasa (6,00% saham), dan perusahaan private equity asal Singapura Growtheum Capital Partners.
Masuknya perusahaan besar tersebut akan semakin membekali Allo Bank dengan ekosistem raksasa, demi mengakselerasi ekspansi layanan kredit di Indonesia. Ditambah, setelah rights issue, modal inti Allo Bank akan mencapai lebih dari Rp 6 triliun, salah satu bank digital dengan modal terbaik di Tanah Air.
Berikut ini Tim Riset CNBC Indonesia merangkum 'kekuatan' masing-masing investor strategis, termasuk perusahaan digital, yang menopang Allo Bank.
CT Corp
Pemilik Bank Allo, Chairul Tanjung, memiliki grup usaha yang berfokus pada layanan konsumen yang terintegrasi lewat CT Corp.
CT Corp bergerak di bidang layanan keuangan, media, ritel, hiburan, hingga gaya hidup.
Grup CT Corp mengoperasikan sejumlah stasiun televisi utama Tanah Air, perbankan, perusahaan asuransi, media digital, hotel, taman hiburan, mal, agen travel, sampai bisnis ritel dan fashion.
Di layanan keuangan, misalnya, selain Bank Allo yang pada tahun lalu resmi diakuisisi Mega Corpora, Grup CT Corp juga memiliki PT Bank Mega Tbk (MEGA) sampai Mega Insurance. Bank Mega sendiri diakuisisi CT Corp pada 1996 (sebelumnya bernama Bank Karman).
Menurut data resmi perusahaan, saat ini terdapat lebih dari 14.000 jaringan keuangan milik CT Corp, dengan 60 juta transaksi ritel tahunan, dan 1 juta pengunjung ritel.
Perusahaan yang sudah 37 tahun berkecimpung di dunia bisnis Tanah Air ini saat ini hadir di 56 kota dan 24 provinsi di Indonesia, dengan 2.000 outlet, dan 100.000 karyawan.
Selain itu, dalam rilis pers Allo Bank, Chairman CT Corp Chairul Tanjung menyebutkan, captive customer CT Corp diperkirakan mencapai lebih dari 100 juta pengguna (user).
Grup Salim
Kemudian, Grup Salim dikenal sebagai salah satu konglomerat terbesar di Indonesia yang merentang dari bisnis ritel, perbankan, otomotif, barang konsumen, perkebunan, sampai infrastruktur digital teknologi yang sedang berkembang dan platform bisnis digital.
Grup Salim adalah pemilik perusahaan produsen mie instan brand Indomie dan berbagai produk makanan dan minuman, yakni duo Indofood PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP).
Selain itu, Grup yang didirikan oleh Sudono Salim tersebut juga masuk ke industri kelapa sawit lewat PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) dan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP).
Di industri otomotif, Salim masuk lewat PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) dan PT Indomobil Multi Jasa Tbk (IMJS). Indomobil adalah distributor merek mobil terkenal, seperti Suzuki, KIA, Audi, hingga Jaguar.
Tidak hanya itu, Grup yang sekarang dinakhodai Anthoni Salim itu memiliki bank bernama PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA) yang dibeli pada 2017 silam.
Kemudian, di bisnis ritel, Grup Salim memiliki PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET), pemilik gerai Indomaret.
Menurut website Indomaret, saat ini Indomaret memiliki gerai mencapai lebih dari 19.446 gerai. Sebagian besar pasokan barang dagangan untuk seluruh gerai berasal dari 22 pusat distribusi Indomaret yang menyediakan lebih dari 5.000 jenis produk.
Selain Indomaret, DNET juga menggenggam 35,84% perusahaan pengelola restoran cepat saji KFC PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST).
Masih ada investor kakap lainnya >>>
Bukalapak
PT Bukalapak.com (BUKA), yang sukses menggalang dana bernilai jumbo Rp 21,90 triliun dalam penawaran umum perdana saham (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 6 Agustus 2021, adalah perusahaan teknologi yang didirikan pada 2010.
Berawal dari marketplace, saat ini Bukalapak juga memiliki lini bisnis O2O dengan brand Mitra Bukalapak, logistik dengan nama Bukasend, hingga keuangan dengan nama Bukatabungan.
Bukalapak saat ini melayani lebih dari 6,7 juta penjual online, 10,4 juta Mitra Bukalapak dan 100 juta pengguna.
Bukalapak sendiri ditopang oleh sejumlah investor raksasa. Grup Emtek (PT Elang Mahkota Teknologi Tbk/EMTK, lewat PT Kreatif Media Karya/KMK Online) menggenggam 23,93% saham Bukalapak.
Selain Grup Emtek, sejumlah investor institusi lainnya, mencakup Alibaba, Shinhan dari Korea Selatan, Mirae Asset-Naver Asia Growth Investment Pte. Ltd, Mandiri Capital, dan StandChart (Standard Chartered).
Asal tahu saja, Alibaba masuk Bukalapak lewat anak usaha Ant Group, API (Hong Kong) Investment Limited yang menggenggam 17,40% saham BUKA sebelum masa IPO, atau sebesar 13,05% pasca-IPO.
Grab
Kemudian, Grab, yang didirikan pada 2012, adalah superapp terkemuka dengan layanan jasa transportasi online, layanan keuangan digital, sampai layanan pesan antar makanan.
Investor kakap di balik Grab Holding Inc adalah konglomerat manajemen investasi asal Jepang Softbank.
Grab saat ini melayani jutaan pelanggan melintasi 465 kota di 8 negara di kawasan Asia Tenggara.
Selain di Indonesia, Grab juga hadir di Kamboja, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, hingga Vietnam.
Menurut data milik Grab, secara total, ada 25 juta pengguna transaksi bulanan dan lebih dari 9 juta mitra pengemudi, mitra pedagang dan agen GrabKios terdaftar di seluruh jaringan Grab.
Pada April 2021, Grab Holdings Inc. (Grab) resmi menjadi pemegang saham EMTK alias Grup Emtek. Salah satu raksasa penyedia jasa ride-hailing di Asia Tenggara tersebut membeli 4,6% saham Emtek lewat H Holding Inc.
Sebagaimana diketahui, Grup Emtek bergerak di industri media sampai IT solutions.
Dengan demikian, terbuka pula kolaborasi antara Allo Bank dan Grup Emtek. Apalagi, Emtek menguasai 23,93% saham Bukalapak lewat PT Kreatif Media Karya. Namun, memang, saat ini mungkin Grup Emtek masih akan fokus pada bank anyarnya, Bank Fama.
Asal tahu saja, EMTK telah mengakuisisi 93% saham PT Bank Fama International pada 22 Desember 2021 lalu. Akuisisi ini dilakukan melalui anak usahanya PT Elang Media Visitama (EMV).
Carro
CARRO adalah salah satu platform jual beli mobil bekas terbesar di Asia Tenggara. CARRO menjual berbagai merek mobil seperti Toyota, Nissan, Honda, Volkswagen, Audi, Mercedes Benz dan BMW.
Mengutip data di website resmi CARRO, saat ini lebih dari 9.800 transaksi jual beli mobil berhasil tercatat di CARRO, dengan nilai transaksi Rp 3,83 triliun.
CARRO juga telah memperoleh pendanaan US$ 500 juta dari Softbank Vision Fund dan sejumlah fund asing. Saat ini, CARRO memiliki 200 karyawan di seluruh Indonesia, Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Singapura.
Traveloka
Traveloka, salah satu lifestyle superapp terkemuka di Asia Tenggara, menawarkan sejumlah layanan kepada pengguna, seperti produk perjalanan, hotel, layanan lokal, dan layanan keuangan.
Portofolio produk Traveloka yang komprehensif mencakup layanan pemesanan transportasi seperti tiket pesawat, bus, kereta api, sewa mobil, antar-jemput bandara, serta akses ke inventaris akomodasi terbesar di Asia Tenggara, termasuk hotel, apartemen, homestay, resor, dan vila.
Traveloka juga merupakan pemain kunci dalam kategori layanan lokal, yang menawarkan reservasi untuk berbagai tempat wisata lokal, aktivitas, klinik kesehatan dan kecantikan, wisata kuliner, serta layanan pesan-antar makanan.
Traveloka menyediakan layanan pelanggan 24/7 dalam bahasa lokal serta lebih dari 40 metode pembayaran lokal yang berbeda. Lifestyle superapp Traveloka telah diunduh lebih dari 60 juta kali, menjadikannya aplikasi travel dan lifestyle booking terpopuler di kawasan Asia Tenggara.
Sejumlah nama besar, seperti GIC Singapura, Sequoia Capital, JD.com (pemilik e-commerce JD.ID), sampai Qatar Investment Authority berada di balik Traveloka.
Asal tahu saja, raksasa teknologi asal China Tencent saat ini masih menggenggam 2,3% saham JD.com.
Sebelumnya, melansir SCMP, pada 23 Desember lalu, Tencent menjual senilai US$ 16,4 miliar saham e-commerce terbesar kedua di China JD.com, lewat skema pembagian dividen khusus kepada pemegang saham Tencent. Sebelum divestasi, Tencent menggenggam 17% saham JD.com.
Selain di JD.com, Tencent juga menguasai 18,7% saham Sea Limited, induk e-commerce Shopee. Seperti di JD.com, Tencent baru saja menjual 2,6% total sahamnya di Sea (sebelumnya 21,3%).
Growtheum Capital
Nah, di balik konsorsium raksasa yang masuk ke Allo Bank tersebut, peran Growtheum Capital Partners tidak boleh dilupakan.
Chairman CT Corp sendiri, Chairul Tanjung, mengapresiasi Growtheum untuk membentuk konsorsium multi-lini tersebut demi masuk ke Allo Bank.
Mengacu pada website perusahaan, Growtheum merupakan sebuah perusahaan private equity yang berfokus pada investasi di kawasan Asia Tenggara.
Saat ini, Allo Bank menjadi satu-satunya portofolio investasi Growtheum.
Growtheum didirikan oleh dipimpin oleh Amit Kunal sebagai Managing Partner dan Koon Po sebagai Partner.
Sebelumnya, Amit adalah Managing Director dan Head of Direct Investment Group, Asia Tenggara, di Dana abadi negara atau Sovereign Wealth Fund asal Singapura GIC di mana ia memimpin investasi ekuitas swasta di Asia Tenggara.
Sementara, Koon Po sebelumnya menjabat sebagai Vice President di Direct Investment Group, Asia Tenggara, di GIC.
Selain dua orang 'jebolan' GIC tersebut, Growtheum juga 'dibekingi' Transaction Advisors Panel (TPA) yang beragam, mulai dari CEO Carro, CEO Grup EMTEK, Executive Director Grup Triputra, CEO Grup Masan asal Vietnam.
Adapun nama TPA lainnya, seperti CEO Kopi Kenangan, CEO Traveloka, Chairman Ayala Corp (konglomerat raksasa Filipina), Vice Chairwoman Vingroup (konglomerat raksasa Vietnam), hingga Vice President Director perusahaan cat Indonesia PT Avia Avian Tbk (AVIA).
![]() INFOGRAFIS, Ekosistem Raksasa Pemilik Saham Allo Bank Pasca HMETD |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Dia Ekosistem Raksasa Pemilik Saham Allo Bank Pasca HMETD
