Gegara RI, China Kena Sialnya Bakal Gelap Gulita?
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Indonesia melarang ekspor batu bara selama 1 bulan, yakni di Januari 2022. Sebagai eksportir terbesar, kebijakan tersebut bisa memberikan dampak yang signifikan terhadap supply batu bara global.
China yang merupakan konsumen terbesar batu bara yang digunakan untuk pembangkit listrik, juga diperkirakan akan terkena dampaknya.
Statista mencatat pada tahun 2021, China memiliki 1.082 pembangkit listrik aktif. Jumlah ini setara dengan 50% lebih dari total dunia.
Dari ribuan pembangkit listrik yang aktif, sekitar 60% merupakan pembangkit listrik bertenaga batu bara, sehingga ketika supply batu bara terganggu, maka akan berdampak pada supply listrik, dan pada akhirnya menghambat laju perekonomian.
Belum lama ini, China terpaksa melakukan pemadaman bergilir karena menipisnya pasokan batu bara di pembangkit listrik. Kebijakan ini membuat produksi industri di Negeri Tirai Bambu sempat jatuh.
Sebagai informasi, batu bara Indonesia berkontribusi terhadap 70-80% total impor di China, sehingga dengan adanya larangan ekspor ini, maka China mau tidak mau untuk sementara mencari negara alternatif yang memproduksi batu bara cukup besar, dalam hal ini Australia.
Namun, menurut Lin Boqiang, direktur China Center for Energy Economics Research di Xiamen University, dampak yang diberikan dari pelarangan ekspor tersebut ke China akan terbatas, sebab impor batu bara China hanya berkontribusi 10% dari total kebutuhan. China masih mengandalkan produksi domestik untuk memenuhi kebutuhan batu bara.
"Dampak pelarangan ekspor Indonesia terhadap supply batu bara China akan terbatas dan bisa dikendalikan, sebab China sangat bergantung pada produksi dalam negeri, dan impor hanya menyumbang 10% saja" kata Lin, sebagaimana dilansir Global Times, Selasa (4/1/2022) lalu.
Ia menambahkan bahwa sejak pertengahan 2021, pemerintah China mengambil kebijakan yang intensif guna meningkatkan supply batu bara, dengan peningkatan kapasitas produksi. Kini fluktuasi impor dikatakan tidak akan memberikan dampak yang besar ke supply batu bara China.
Sebelumnya, Pemerintah melalui Keputusan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memutuskan untuk melarang sementara ekspor batu bara pada bulan Januari 2022.
Keputusan ini diambil oleh Kementerian ESDM akibat kritisnya kondisi pasokan batu bara untuk pembangkit listrik PT PLN (Persero) Grup dan juga pembangkit listrik swasta (IPP).
Kebijakan itu tertuang dalam surat dengan Nomor B 1605/MB.05/DJB.B/2021 yang diterbitkan pada tanggal 31 Desember 2021, bertujuan untuk menjaga pasokan domestik bagi pembangkit listrik. Namun, larangan ini dinilai berpotensi menimbulkan masalah pasokan batu bara dunia terutama untuk pembangkit listrik.
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, Ridwan Djamaluddin menambahkan PT PLN (Persero) mengalami defisit baru bara lantaran pengusaha tak mematuhi kewajiban pemenuhan batu bara untuk kebutuhan dalam negeri (Domestic Market Obligation/ DMO).
"Dari 5,1 juta metrik ton (MT) penugasan dari Pemerintah, hingga tanggal 1 Januari 2022 hanya dipenuhi sebesar 35 ribu MT atau kurang dari 1 persen," ujar Ridwan dikutip dari situs Kementerian ESDM.
Ridwan mengatakan larangan ekspor berlaku sementara. Larangan akan dicabut saat pasokan batu bara untuk pembangkit listrik domestik sudah kembali normal. Evaluasi pun akan dilakukan setelah 5 Januari 2022.
"Kenapa semuanya dilarang ekspor? Terpaksa dan ini sifatnya sementara. Jika larangan ekspor tidak dilakukan, hampir 20 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan daya sekitar 10.850 mega watt (MW) akan padam," ujar Ridwan.
Walaupun Indonesia terhindar dari pemadaman listrik massal, tetap ada risiko dari larangan ini. Terutama hubungan dengan mitra dagang Indonesia.
"Nama baik Indonesia sebagai pemasok batu bara dunia akan anjlok. Selain itu, upaya kita untuk menarik investasi, memperlihatkan diri sebagai negara yang ramah investor dan iklim berusaha yang pasti dan dilindungi hukum akan turun reputasinya," ujar Arsjad Rasjid, Ketua Umum Kadin Indonesia, seperti dikutip Antara, Minggu (2/1/2021) lalu.
Indonesia adalah pemasok utama batu bara dunia. Pada tahun 2020, ekspor batu bara Indonesia mencapai 400 juta ton.
Pelanggan Indonesia meliputi konsumen utama batu bara dunia seperti China, India, Jepang, dan negara-negara di Asia Tenggara. Negara-negara tersebut menggunakan batu bara sebagai pembangkit listrik.
(chd/vap)