Dow Futures Menguat, tapi Nasdaq dan S&P 500 Masih Lemah

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
Kamis, 06/01/2022 19:21 WIB
Foto: Pasar Finansial Wall Street (AP Photo/Richard Drew)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) bergerak variatif pada Kamis (6/1/2021), di tengah berkurangnya kecemasan seputar pengetatan moneter bank sentralnya (Federal Reserve/The Fed).

Kontrak futures indeks Dow Jones Industrial Average melompat 82 poin (+0,22%) dari nilai wajarnya, sementara kontrak serupa indeks S&P 500 tak banyak berubah sedangkan Nasdaq Futures melemah 0,42%.

Saham energi membantu penguatan pasar di sesi awal di tengah lonjakan harga minyak mentah sebesar 1,5%. Marathon Oil menguat 2,6% di sesi pra-pembukaan, Occidental Petroleum melompat 2,2% sedangkan ExxonMobil lompat 1,3%.


Saham yang sensitif dengan suku bunga menguat setelah kemarin tertekan oleh kabar buruk percepatan pengetatan moneter di AS, sebagaimana tercermin dalam risalah rapat Desember bank sentral terkuat di dunia tersebut.

Saham Bank of America menguat 1,5%, Citigroup tumbuh 1,4% dan Wells Fargo tumbuh 1,3%. The Fed berencana mengurangi pembelian obligasi di pasar sekunder dan menaikkan suku bunga acuannya lebih signifikan.

"Hampir semua partisipan sepakat bahwa kemungkinan lebih tepat untuk mulai mengambil kebijakan terkait neraca keuangan setelah kenaikan pertama dalam target federal funds rate," demikian tulis risalah rapat tersebut.

Dow Jones Industrial Average kemarin melompat 1,07%, atau lebih rendah setelah menyentuh rekor tertinggi hariannya. Indeks S&P 500 ambruk 1,94% sementara Nasdaq mencetak koreksi harian terbesar sejak Februari, dengan melemah 3,34%.

"Ini adalah tahun di mana kita akan mengalami transisi dari kebijakan moneter dan fiskal yang sangat longgar menjadi kebijakan moneter dan fiskal yang kurang ekspansif. Hal itu akan mempengaruhi risiko aset yang telah naik karena tingkat diskonto yang sangat rendah," tutur Kathy Jones, kepala fixed income Charles Schwab, seperti dikutip CNBC International.

Pasar akan memantau rilis data tunjangan pengangguran para hari ini, di mana ekonom dalam survey Dow Jones memperkirakan akan ada 195.000 klaim per pekan lalu. Data neraca perdagangan juga akan dirilis di mana ekonom memprediksi defisit senilai US$ 81,5 miliar.

Selanjutnya pada Jumat, Departemen Tenaga Kerja akan merilis data lapangan kerja, di mana ekonom dalam survei Dow Jones memperkirakan pembukaan lapangan kerja baru untuk 422.000 pekerja per Desember.

Namun, data yang sama dari firma swasta ADP melaporkan bahwa pembukaan lapangan kerja bulan lalu mencapai 807.000, atau jauh lebih baik dari perkiraan pasar.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Sinyal Lesunya Ekonomi RI, Kredit Perbankan Melambat Lagi