Pasang Sabuk Pengaman! IHSG Berisiko Longsor ke Bawah 6.600
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat 0,68% ke 6.738,11 di awal perdagangan Rabu kemarin. Dari level tersebut hingga ke rekor tertinggi sepanjang masa 6754,464 yang dicapai 22 November lalu, IHSG hanya berjarak 0,24% saja.
Sayangnya, momentum penguatan gagal dipertahankan. IHSG diterpa aksi profit taking yang membuatnya berakhir melemah 0,49% ke 6.662,299.
Kemerosotan IHSG berisiko berlanjut pada perdagangan Kamis (6/1) sebab bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street ambrol pada perdagangan Rabu waktu setempat. Penyebabnya, bank sentral AS (The Fed) yang kemungkinan lebih agresif dalam menormalisasi kebijakan moneternya di tahun ini.
Indeks Dow Jones yang hari sebelumnya mencatat rekor tertinggi sepanjang masa berbalik jeblok lebih dari 1%.
Kemudian indeks S&P 500 ambrol nyaris 2%, dan Nasdaq yang paling parah merosot hingga 3,3%.
Secara teknikal, penurunan IHSG terjadi akibat aksi profit taking melihat indikator Stochastic yang sebelumnya berada di wilayah jenuh beli (overbought) pada grafik 1 jam.
Kabar baiknya, penurunan IHSG kemarin membuat stochastic berada di dekat wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
IHSG kemarin melewati support terdekat berada di kisaran 6.670, bahkan nyaris mencapai 6.650. Jika level yang disebut terakhir dilewati hari ini, target penurunan selanjutnya adalah rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50) pada grafik harian, di kisaran 6.600 hingga 6.610.
Penembusan di bawah level tersebut berisiko memicu penurunan lebih tajam.
Sementara jika kembali ke atas 6.670, IHSG berpeluang menguat ke 6.700 hingga 6.720. Kemampuan menembus level tersebut akan membuka ruang untuk memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)