
Menunggu Katalis Tambahan, Dow Futures Bergerak Menyamping

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) bergerak variatif pada Rabu (5/1/2021), setelah indeks Dow Jones Industrial Average mencetak rekor tertinggi baru menyusul aksi borong saham siklikal kemarin.
Kontrak futures indeks S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average cenderung flat, sementara kontrak serupa indeks Nasdaq menguat sekitar 0,3%. Saham Adobe menjadi salah satu yang berkinerja terburuk, dengan koreksi saham sebesar 1,8% di sesi pra-pembukaan.
Saham yang diuntungkan dari pembukaan kembali ekonomi kali ini melemah, di antaranya Wynn Resorts yang anjlok 2%. Saham farmasi masih diburu, seperti Pfizer yang meroket 1,7% menyusul rekomendasi beli Bank of America.
Pasar hari ini memantau rilis data slip gaji swasta versi ADP di mana ekonom dalam polling Dow Jones memperkirakan angka 375.000 per Desember. Pada Jumat lusa, pasar akan memantau rilis slip gaji versi pemerintah yang diprediksi berujung pada angka 422.000.
Investor juga menunggu rilis risalah rapat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) Desember tatkala mengumumkan rencana percepatan laju pengurangan likuiditas di pasar (tapering) dan memprediksi tiga kenaikan suku bunga acuan tahun ini. Pasar juga memantau apa yang akan dilakukan The Fed dengan posisi neraca keuangan sebesar US$ 9 triliun.
Sentimen negatif yang membayangi pasar terutama muncul dari Amerika Serikat (AS) di mana aroma pengetatan kebijakan moneter semakin kuat sehingga membuat kinerja Wall Street cenderung tertekan.
Kemarin Dow Jones lompat 200 poin ke rekor tertinggi baru, sementara Nasdaq ambrol 1,3% menyusul kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS. Yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun yang menjadi acuan pasar naik ke 1,71%, dari posisi sehari sebelumnya 1,6455%.
Imbal hasil yang melonjak mengindikasikan terjadi aksi jual atas aset pemerintah AS yang mempengaruhi kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit konsumer lainnya. Di pasar derivatif, kontrak berjangka (futures) indeks bursa AS pun cenderung flat.
"The Fed mempercepat pencabutan dukugnan likuiditas karena inflasi menguat, yang bisa mendongkrak imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun," tutur Ed Al-Hussainy, perencana valas senior Columbia Threadneedle, dalam laporan riset yang dikutip CNBC International.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dow Futures Naik Tipis, Bursa AS Berpeluang Dibuka Menyamping