Duh! Rupiah Terancam Makin Jauh di Atas Rp 14.300/US$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
04 January 2022 12:19
foto : CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah masih belum mampu lepas dari tekanan melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Selasa (4/1). Rupiah bahkan terancam semakin jauh di atas Rp 14.300/US$.

Mata Uang Garuda membuka perdagangan hari ini dengan melemah 0,08% ke Rp 14.275/US$. Setelahnya rupiah melemah hingga 0,32% ke Rp 14.320/US$.

Pada pukul 12:00 WIB, rupiah berada di Rp 14.305/US$, melemah 0,29% di pasar spot.

Di sisa perdagangan hari ini, rupiah masih akan tertekan melihat pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih lemah siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.

PeriodeKurs Pukul 8:54 WIBKurs Pukul 11:54 WIB
1 PekanRp14.275,00Rp14.309,0
1 BulanRp14.313,00Rp14.330,0
2 BulanRp14.363,00Rp14.369,0
3 BulanRp14.384,00Rp14.416,0
6 BulanRp14.529,00Rp14.551,0
9 BulanRp14.663,00Rp14.694,0
1 TahunRp14.810,00Rp14.856,0
2 TahunRp15.355,40Rp15.430,3

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.

Bank sentral AS (The Fed) yang akan diperkirakan akan menaikkan suku bunga pada bulan Maret membuat rupiah tertekan.

Data dari perangkat FedWatch milik CME Group menunjukkan pelaku pasar melihat adanya probabilitas lebih dari 61% The Fed akan menaikkan suku bunga 25 basis poin menjadi 0,25% - 0,5% pada Maret.

Spekulasi tersebut lebih cepat dari sebelumnya Juni 2022. The Fed juga mengindikasikan akan menaikkan suku bunga sebanyak 3 kali di tahun ini.

Kenaikan suku bunga, jika dilakukan secara agresif dikatakan bisa menimbulkan masalah ekonomi.

"Ketika Anda melihat masa lampau The Fed, biasanya ada beberapa pengetatan sebelum Anda mendapat masalah ekonomi dan pasar," kata Jim Paulsen, kepala strategi investasi di Leuthold Group, dikutip dari CNBC International.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular