
China Tekan Perusahaan Teknologi, Investor Siap Kabur Ke RI?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah China memulai tindakan keras terhadap perusahaan-perusahaan raksasa paling berpengaruh lebih dari setahun yang lalu. Pilihan Xi Jinping membuat investor dan pemain industri teknologi ketakutan dan mendapatkan sinyal bahwa kelonggaran yang dinikmati oleh para taipan teknologi seperti Jack Ma akan segera berakhir.
Tekanan keras tersebut dimulai dengan dua perusahaan milik Jack Ma-Ant Group Co. dan Alibaba Group Holding Ltd.- pada November 2020 lalu dan segera menyebar ke lebih banyak perusahaan seperti Tencent Holdings Ltd. dan Didi Global Inc., dengan Beijing meningkatkan pengawasan dalam segala hal mulai dari anti monopoli hingga keamanan data dan distribusi kekayaan.
Tindakan keras tersebut memicu aksi jual oleh para investor, dengan fase terparah sempat menghapus US$ 1,5 triliun kapitalisasi pasar dari saham perusahaan China, yang selalu bergerak liar dengan setiap ada penyelidikan, aturan, dan peringatan pemerintah yang baru.
Saat ini, lebih dari satu tahun kemudian, tindakan keras tersebut mungkin mulai melambat, tapi tidak berhenti.
Semua 'amunisi perang' yang dibidik China ke perusahaan teknologi mereka akan mengarah pada dua perubahan besar pada 2022. Yang pertama adalah penurunan profitabilitas sektor teknologi China. Raksasa internet dan e-commerce negara ini telah menjadi tambang emas bagi investor selama bertahun-tahun. Sektor tersebut akan melambat karena beberapa reformasi yang diterapkan pada tahun 2021 tercermin dalam pendapatan pada tahun 2022.
Tetapi tidak semua sektor diperlakukan sama. Salah satu tindakan paling ekstrem menghantam beberapa penyedia bimbingan belajar online setelah sekolah yang oleh pemerintah China telah dipaksa untuk berubah menjadi organisasi nirlaba.
Video-game juga sedang dihantam. Pada bulan September regulator mengatakan kepada perusahaan game, termasuk Tencent, bahwa mereka harus berhenti berfokus pada keuntungan dan sebaliknya berkonsentrasi pada pengurangan kecanduan remaja untuk bermain. Industri video pendek, yang didominasi oleh perusahaan seperti ByteDance, Kuaishou dan Bilibili, juga menerima perlakuan serupa.
Investor Siap Lari Ke RI?
Ketidakpastian yang membayangi saham perusahaan teknologi dan internet China dapat menciptakan peluang bagi pencatatan perusahaan Indonesia baru di sektor teknologi, dengan beberapa nama besar yang sudah mapan diharapkan akan masuk ke pasar publik pada tahun 2022.
Perusahaan manajemen aset multinasional asal Inggris, Schroders, dalam laporan bertajuk Equity Outlook 2022 menyebutkan mega IPO perusahaan teknologi Indonesia dapat menarik lebih banyak alokasi ulang dari sektor internet di China karena masalah regulasi terus membebani persaingan.
"India adalah penerima manfaat yang jelas dari ketidakpastian China dengan latar belakang peraturan yang lebih kondusif, pemulihan pendapatan perusahaan, serta banyak IPO," tulis Schroders.
Meski pasar modal India memiliki potensi besar sebagai dermaga baru tempat investor berlabuh dari pengasingan dari atas saham raksasa teknologi dan internet China, Schroders mencatat bahwa perusahaan Indonesia memiliki keunggulan kompetitif lain, yakni harganya yang relatif lebih murah, setidaknya dilihat dari price-earnings ratio
"Valuasi [perusahaan India] tampaknya sangat tinggi sekarang dalam hal P/E sementara Indonesia juga menawarkan profil [perusahaan] yang sama seperti India dengan valuasi yang jauh lebih murah," tulis Schroders.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto dalam acara seremoni pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia tahun 2022 di Gedung BEI, Senin (3/1/2022) kemarin mengatakan berharap ada lebih banyak perusahaan teknologi unicorn masuk pasar modal Tanah Air di tahun ini.
Tahun lalu, BEI mencetak rekor baru raihan penawaran umum perdana saham terbesar di pasar modal melalui emiten e-commerce PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) dengan emisi sebesar Rp 21,9 triliun.
Sementara itu pada tahun ini, beberapa perusahaan rintisan kelas kakap disebutkan berminat melakukan pencatatan dan mungkin saja akan memecahkan rekor penggalangan dana Bukalapak. Beberapa perusahaan internet seperti GoTo dan Traveloka mengaku siap untuk segera melantai ke pasar modal.
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jurus Baru Xi Jinping Tarik Perusahaan China IPO