Kecuali Hong Kong! Bursa Asia Cerah di Awal Tahun Baru
Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritasbursa saham Asia ditutup cerah pada perdagangan perdana di tahun 2022, Senin (3/1/2022), karena pelaku pasar optimis bahwa tahun 2022 menjadi tahun pemulihan ekonomi global, termasuk di Asia.
Indeks Straits Times Singapura ditutup menguat 0,34% ke level 3.134,25, KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,37% ke posisi 2.988,77, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir melesat 1,27% ke level 6.665,308.
Sedangkan untuk indeks Hang Seng Hong Kong terpaksa mengawali perdagangan perdananya di tahun 2022 dengan ditutup melemah 0,53% ke level 23.274,75.
Sementara untuk indeks Nikkei Jepang dan Shanghai Composite China pada hari ini masih belum dibuka karena masih libur nasional. Diperkirakan, perdagangan perdana Nikkei dan Shanghai pada tahun 2022 baru akan dimulai Selasa besok.
Indeks Hang Seng ditutup di zona merah karena terbebani oleh kekhawatiran baru tentang kesehatan pasar properti China.
Pada tahun 2021, Hang Seng menjadi indeks di kawasan Asia yang mencatatkan kinerja paling buruk jika dibandingkan dengan indeks Asia lannya. Sepanjang tahun 2021, Hang Seng ambruk hingga sekitar 14%. Bahkan, koreksi Hang Seng lebih parah dari indeks Filipina yang terkoreksi sekitar 1%.
Koreksi parah Hang Seng pada tahun 2021 tersebut menjadi kinerja tahunan terburuk sejak 2011, terpukul oleh penurunan raksasa teknologi China serta kekhawatiran tentang kesehatan sektor properti China.
Sementara itu, saham perusahaan properti terbesar di China yang terdaftar di indeks Hang Seng yakni China Evergrande Group telah ditangguhkan sementara dari perdagangan pada hari ini di sembari menunggu rilis "informasi orang dalam", kata pengembang properti yang tengah melawan krisis likuiditas tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Dalam pernyataan singkat kepada Bursa Efek Hong Kong, Evergrande menyebutkan "atas permintaan perusahaan, perdagangan saham perusahaan dihentikan pada pukul 09.00 waktu setempat karena menunggu rilis oleh perusahaan dari pengumuman yang berisi informasi orang dalam.
Sebelumnya, perusahaan juga pernah menghentikan sementara perdagangan sahamnya pada Oktober 2021, ketika perusahaan mencoba menyelesaikan penjualan saham senilai US$ 2,6 miliar di unit manajemen propertinya.
Namun, kesepakatan tersebut pada akhirnya gagal, karena kedua belah pihak tidak menemukan jalan tengah untuk menyetujui persyaratan kesepakatan.
Saat itu, rumor pasar yang beredar menyebutkan perusahaan real estate saingannya, yakni Hopson Development, diharapkan akan membeli 51% saham di unit layanan propertinya.
Namun, pelaku pasar di Asia pada hari ini cenderung optimis, karena pada tahun ini diperkirakan sentimen pasar akan membaik dan mendorong kenaikan indeks saham di Asia.
Pasar juga optimis bahwa perekonomian global dapat pulih kembali normal pada tahun ini, dengan syarat penanganan pandemi virus corona (Covid-19) makin lebih baik.
Sementara itu, kabar positif datang dari Korea Selatan, di mana data aktivitas manufaktur yang tercermin pada Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Manager's Index/PMI) periode Desember 2021 versi Markit tercatat kembali berekspansi.
IHS Markit melaporkan PMI manufaktur Negeri Ginseng naik menjadi 51,9 pada Desember 2021, dari sebelumnnya pada November 2021 di angka 50,9.
Aktivitas manufaktur Korea Selatan terbilang berkembang pada laju tercepat dalam tiga bulan terakhir, terhitung hingga Desember 2021, meskipun ekonomi Negeri Ginseng masih berjuang untuk mengumpulkan momentum karena meningkatnya kasus virus corona (Covid-19) global dan masih terkendalanya rantai pasokan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)