Hati-Hati Tahun Depan, 4 Saham Ini Masuk Radar Bursa

Feri Sandria, CNBC Indonesia
31 December 2021 17:20
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Jelang akhir perdagangan tahun 2021, Bursa Efek Indonesia (BEI) menyalakan 'radar' pengawasan terhadap empat emiten, setelah terjadi peningkatan harga saham tersebut yang di luar kebiasaan (Unusual Market Activity/UMA) di dua emiten, sedangkan dua lainnya mengalami penurunan harga di luar kebiasaan.

Keempat emiten yang tengah diawasi bursa tersebut adalah PT Jaya Swarasa Agung Tbk (TAYS), PT Berkah Prima Perkasa Tbk (BLUE), PT Lotte Chemical Titan Tbk (FPNI), dan PT Pembangunan Graha Lestari Indah Tbk (PGLI).

Emiten yang bergerak dalam bidang usaha industri makanan ringan, TAYS mengalami penurunan harga saham di luar kebiasaan. Dalam 20 hari perdagangan terakhir saham ini hanya tiga kali ditutup stagnan, sedangkan sisanya ditutup di zona merah dan tidak pernah ditutup menguat satu hari pun.

Data BEI mencatat dalam sepekan saham ini telah merosot 16,82% dan sejak tangga 6 Desember, atau kurang dari sebulan, valuasinya telah lenyap 68,60%. Saat ini saham TAYS diperdagangkan di harga Rp 178 per saham, dengan kapitalisasi pasar tersisa Rp 195,61 miliar.

Menyusul status UMA yang diperoleh, Corporate Secretary TAYS melalui keterbukaan indormasi menyampaikan bahwa hingga saat ini tidak terdapat informasi atau fakta material yang dapat mempengaruhi nilai efek perusahaan.

"Tidak ada informasi/fakta/kejadian penting lainnya yang material yang dapat mempengaruhi harga efek Perseroan serta kelangsungan hidup Perseroan yang belum diungkap kepada publik," tulis Corporate Secretary TAYS Indarto, dikutip CNBC Indonesia Jumat (31/12).

Perusahaan bergerak dalam bidang perdagangan besar perlengkapan komputer, BLUE juga mengalami penurunan harga di luar kebiasaan. Dalam sepekan saham ini telah terkoreksi nyaris 30%, sedangkan dalam sebulan kapitalisasi pasarnya telah lenyap lebih dari setengah.

Data BEI mencatat sejak awal bulan Desember, dalam 23 hari perdagangan, saham ini hanya 3 kali ditutup di zona hijau, satu hari ditutup stagnan, sedangkan sisanya selalu berada di zona merah. Bahkan hingga siang ini (31/12), saham BLUE berada di batas auto rejection bawah.

Saat ini saham BLUE diperdagangkan di harga Rp 300/saham dengan kapitalisasi pasar hanya bersisa Rp 125,40 miliar.

Sebelumnya pada 23 Desember lalu, perusahaan telah memberikan keterangan kepada BEI terkait volatilitas transaksi efek, yang mana sekretaris perusahaan Vini Hardianti mengatakan bahwa tidak ada informasi atau fakta material yang dapat mempengaruhi nilai efek perusahaan atau keputusan investasi pemodal.

Terkait aktivitas dari investor, Vini mengebutkan bahwa "perseroan mendapat informasi di mana beberapa investor publik telah menghubungi pemegang saham pengendali Perseroan untuk rencana pengalihan kepemilikannya. Investor publik ini kesulitan menjual saham mereka dalam kuantitas besar karena saham perseroan yang tidak likuid. Penawaran tersebut akhirnya di ambil oleh badan hukum lain yang juga di kendalikan pemegang saham pengendali perseroan."

Terkait aksi korporasi, Vini menjelaskan "perseroan belum memiliki rencana untuk melakukan tindakan korporasi dalam waktu dekat sampai dengan 3 bulan ke depan, yang berakibat terhadap pencatatan saham Perseroan."

Vini dalam keterangan terpisah menyampaikan bahwa dalam sembilan bulan pertama tahun ini, kinerja perusahaan mengalami peningkatan dari periode yang sama tahun sebelumnya, baik itu dari sisi pendapatan, laba kotor dan juga laba bersih yang diterima.

Berbeda dengan TAYS dan BLUE, Lotte Chemical Titan (FPNI) bergerak dalam bidang pembuatan produk yang terbuat dari plastik, sahamnya malah meningkat di luar kebiasaan. Dalam sepekan saham ini telah melonjak naik lebih dari dua kali lipat, dan selama sebulan telah naik hingga 114,81%.

Dalam keterangannya terkait volatilitas transaksi, Evan Kusuma Brata Corporate Secretary FPNI menyampaikan bahwa "perseroan tidak mengetahui adanya informasi atau fakta material yang dapat mempengaruhi nilai efek perusahaan atau keputusan investasi pemodal."

Ia juga menambahkan bahwa "perseroan belum memiliki rencana untuk melakukan tindakan korporasi dalam waktu dekat."

Terakhir ada Pembangunan Graha Lestari Indah (PGLI), emiten yang bergerak dalam bidang perhotelan ini juga masuk radar BEI setelah harga sahamnya naik di luar kebiasaan. Dalam seminggu harga saham 'receh' ini telah meningkat hingga 97,35%.

Terkait masuknya empat emiten dalam pengawasan bursa, pihak MEI menyampaikan bahwa pengumuman UMA tidak serta merta menunjukkan adanya pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. Namun sehubungan dengan terjadinya UMA, maka Bursa saat ini sedang mencermati perkembangan transaksi saham-saham tersebut.

Karenanya, otoritas bursa menyarankan para investor untuk memperhatikan jawaban emiten atas permintaan konfirmasi Bursa dan mencermati kinerja perusahaan tercatat dan keterbukaan informasinya.

Selain itu, para pelaku pasar juga perlu mengkaji kembali rencana corporate action emiten apabila rencana tersebut belum mendapatkan persetujuan RUPS serta mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang dapat timbul di kemudian hari sebelum melakukan pengambilan keputusan investasi.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular