Window Dressing Tahun Ini Ada Ga Sih? Bursa RI Kok Loyo

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
28 December 2021 17:45
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia/ IHSG, Senin (22/11/2021) (CNBC Indonesia/Muhammad sabki)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia/ IHSG (CNBC Indonesia/Muhammad sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Window dressing kali ini cenderung berbeda dari tahun sebelumnya. Tahun ini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya menguat tipis jika dibandingkan tahun sebelumnya, yakni hanya 0,6% sementara tahun 2020 adalah 6%.

Window dressing sendiri adalah aktivitas mempercantik portofolio para fund manager dengan memburu saham-saham unggulan (blue chip) atau yang berkapitalisasi pasar besar (big cap).

Anissa Wijaya, Equity Research Analyst PT Shinhan Sekuritas Indonesia mengatakan ini karena ada sejumlah sentimen kurang kondusif yang terjadi di global. Termasuk karena adanya kasus Omicron di sejumlah negara seperti Inggris termasuk juga di Indonesia.

"Tahun ini berbeda ada berapa sentimen global kurang kondusif. Salah satunya penyebaran kasus Omicron di beberapa negara seperti di Inggris dan beberapa negara terus menunjukkan peningkatan," jelas Anissa dalam program Investime, Selasa (28/12/2021).

"Di Indonesia sampai tanggal 26 Desember 44 kasus tadi pemerintah memberlakukan mini lockdown, pemicu kenapa window dressing tahun ini tuh tidak sesignifikan tahun sebelumnya, termasuk sebelum pandemi".

Dia mengatakan window dressing memang menjadi momentum yang paling ditunggu para investor. Meski efeknya tidak terlalu signifikan pada bulan Desember, namun Anissa meminta menunggu di bulan Januari.

Window dressing ini, menurutnya bisa dimanfaatkan untuk saham-saham big caps. Dengan kenaikan yang tidak signifikan harga sahamnya, mungkin bisa memperpanjangannya hingga tahun depan.

"Namun harga saham tidak naik signifikan. Jadi mungkin kita bisa memperpanjang time frame investasi sampai tahun depan lebih panjang aja. Ini dihadapkan ketidakpastian sentimen global," jelasnya.

Sementara itu berdasarkan industri, dia mengatakan saham bank digital yang memiliki sentimen positif sejauh ini. Bank digital menawarkan kemudahan untuk bertransaksi serta ada juga bank digital yang mencatatkan laba dari sebelumnya di kuartal III-2021 ini.

Sejalan dengan bank digital, bank konvensional juga masih menarik. Sebab pemulihan ekonomi dari pertumbuhan kredit November masih positif, ungkapnya.

"Selain itu bank konvensional masih menarik seperti BBCA, BBRI, BBTN, pemulihan ekonomi dari pertumbuhan kredit November masih positif. Karena pertumbuhan kredit di industri perbankan itu mengalami kenaikan 4,4% jadi harusnya menjadi katalis positif emiten perbankan konvensional," jelasnya.


(npb/npb)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Live Now! Borong Saham Pakai 'Jurus Siklus', Ampuh Emang?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular