Mager di Zona Merah, Tak Ada 'Pesta' Akhir Tahun Buat Rupiah?
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah bergerak fluktuatif melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Jumat (31/12). Tetapi setelahnya Mata Uang Garuda kesulitan menguat dan tertahan di zona merah hingga pertengahan perdagangan terakhir di tahun 2021.
Rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.265/US$, setelahnya rupiah sempat menguat 0,28% ke Rp 14.225/US$ sebelum berbalik melemah 0,07% ke Rp 14.275/US$, melansir data Refintiv. Rupiah tertahan di level tersebut hingga pukul 12:00 WIB.
Di sisa perdagangan hari ini, rupiah masih terlihat kesulitan untuk bangkit melihat pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang sedikit lebih lemah siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.
Periode | Kurs Pukul 8:54 WIB | Kurs Pukul 11:54 WIB |
1 Pekan | Rp14.263,00 | Rp14.270,0 |
1 Bulan | Rp14.283,00 | Rp14.290,0 |
2 Bulan | Rp14.333,00 | Rp14.340,0 |
3 Bulan | Rp14.373,00 | Rp14.380,0 |
6 Bulan | Rp14.528,00 | Rp14.535,0 |
9 Bulan | Rp14.673,00 | Rp14.680,0 |
1 Tahun | Rp14.828,00 | Rp14.835,0 |
2 Tahun | Rp15.335,00 | Rp15.309,0 |
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.
Data yang dirilis dari Negeri Tiongkok menunjukkan sektor manufaktur mempercepat ekspansi yang meredakan kecemasan akan pelambatan ekonomi China.
Aktivitas manufaktur China yang dilihat dari purchasing managers' index (PMI) di bulan Desember naik menjadi 50,3 dari bulan sebelumnya 50,1. Sebelumnya mengalami ekspansi di November, PMI manufaktur China terkontraksi dalam dua bulan beruntun.
PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Di atasnya berarti ekspansi, sementara di bawahnya kontraksi.
Ekspansi sektor manufaktur China tentunya memberikan sentimen positif, sebab merupakan mitra dagang utama Indonesia. Perekonomian China yang berputar lebih cepat akan meningkatkan impor dari Indonesia.
Hal tersebut menjadi sentimen positif yang sebenarnya bisa membuat rupiah menguat. Sayangnya perdagangan yang sepi membuat rupiah kesulitan menguat. Perdagangan di pasar saham dan obligasi Indonesia sudah berakhir Kamis kemarin, sehingga praktis rupiah kurang tenaga dan terancam membukukan pelemahan 5 hari beruntun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)