
Dolar Australia di 2021: Nyaris Rekor & Jeblok ke Rp 10.000

Jakarta, CNBC Indonesia - Di awal tahun ini, dolar Australia sebenarnya menunjukkan kinerja impresif melawan rupiah, dengan terus menanjak hingga menyentuh Rp 11.332,31/AU$ pada 20 April lalu. Level tersebut merupakan tertinggi sejak 27 Juni 2014 saat mencetak rekor tertinggi sepanjang masa Rp 11.422,4/AU$.
Artinya, pada pertengahan April lalu, Mata Uang Negeri Kanguru ini berjarak kurang dari 1% untuk mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.
Naiknya harga komoditas menjadi pemicu penguatan dolar Australia di kuartal I-2021. Pasar tenaga kerja Australia sudah jauh membaik, bahkan nyaris ke level sebelum virus corona menyerang dunia.
Namun setelah mencapai level tersebut kurs dolar Australia justru terus merosot hingga nyaris menembus ke bawah Rp 10.000/AU$ pada 3 Desember lalu.
Penyebab utama berbaliknya kinerja dolar Australia yakni bank sentralnya (Reserve bank of Australia/RBA) yang mengesampingkan kemungkinan kenaikan suku bunga di tahun depan. Sebaliknya, Bank Indonesia (BI) banyak yang meramal akan menaikkan suku bunga di 2022.
Dengan demikian, selisih imbal hasil (yield) di Indonesia dan Australia bisa semakin lebar, yang akan menguntungkan bagi rupiah.
Dulu, RBA bahkan menyatakan tidak akan menaikkan suku bunga sebelum tahun 2024.
Tetapi, dalam pengumuman rapat kebijakan moneter hari ini, Lowe tidak menyatakan hal tersebut. RBA masih mempertahankan suku bunga 0,1% yang merupakan rekor terendah dalam sejarah, dan baru akan dinaikkan jika inflasi aktual bertahan di dalam rentang 2% hingga 3%.
"Anggota dewan tidak akan menaikkan suku bunga hingga inflasi aktual berada dalam target 2% hingga 3%," kata Lowe sebagaimana dilansir abc.net.au, Selasa (7/12).
"Untuk mencapai hal tersebut, dibutuhkan perbaikan pasar tenaga kerja lebih lanjut hingga menghasilkan pertumbuhan upah yang lebih tinggi dari saat ini. Hal tersebut akan membutuhkan waktu beberapa lama, dan para anggota dewan siap untuk bersabar," tambah Lowe.
Pasar melihatnya sebagai kemungkinan suku bunga naik lebih awal. Untuk saat ini, pasar melihat suku bunga akan dinaikkan di 2023. Alhasil, dolar Australia yang sebelumnya nyaris menembus ke bawah Rp 10.000/AU$ perlahan bangkit, hingga pelemahannya tersisa 4,2% sepanjang tahun ini melawan rupiah. Pada perdagangan Jumat (31/12) atau perdagangan terakhir tahun ini, dolar Australia berada di kisaran Rp 10.352/US$.
Survei yang dilakukan Reuters pada 29 November hingga 2 Desember, dengan 35 ekonom.
Tidak hanya sekali, RBA juga diprediksi akan agresif menaikkan suku bunga. Kenaikan berikutnya diperkirakan terjadi di kuartal II-2023, sebesar 25 basis poin (0,25%) sehingga menjadi 0,5%, dan selanjutnya di penghujung 2023 dinaikkan lagi sebesar 25 basis poin.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Australia Tak Mampu Tembus Rp 10.700/AU$, Ada Apa?
