Batu Bara Tidak Baik-baik Saja!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
31 December 2021 08:44
Pemerintah China menutup jalan raya dan sekolah di sejumlah kota karena polusi udara akibat asap batu bara pada Jumat (5/11). REUTERS/Jianan Yu
Foto: Pemerintah China menutup jalan raya dan sekolah di sejumlah kota karena polusi udara akibat asap batu bara pada Jumat (5/11). REUTERS/Jianan Yu

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara turun lagi. Kini harga si batu hitam sudah terpangkas selama tiga hari beruntun.

Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup di US$ 152/ton. Ambrol 2,94% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Dengan demikian, harga batu bara sah turun tiga hari berturut-turut. Selama tiga hari itu, harga anjlok 9,55%.

Sepertinya aksi ambil untung alias profit taking masih membayangi komoditas ini. Maklum, harga batu bara pernah naik 10 hari perdagangan tanpa henti, 7-20 Desember 2021. Dalam periode itu, harga melesat 26,66%.

Oleh karena itu, wajar jika investor 'gatal' untuk mencairkan keuntungan. Sebab potensi cuan yang bisa direngkuh memang tidak main-main. Selama batu bara menjanjikan keuntungan besar, maka risiko aksi jual akan terus membayangi.

Selain itu, sentimen negatif masih menghinggapi batu bara. Kesadaran dunia yang semakin tinggi akan ancaman krisis iklim membuat sumber energi fosil yang kotor seperti batu bara sulit mendapat tempat.

Bahkan negara produsen, konsumen, dan eksportir batu bara besar seperti Australia bakal meninggalkan sumber energi tersebut. Australian Energy Market Operator (AEMO) akan menyusun rencana untuk mencapai netral karbon pada 2050.

Dalam rencana tersebut, Australia diperkirakan bakal meninggalkan sepenuhnya pembangkit listrik bertenaga batu bara pada 2043. "Tidak ada lagi pembangkitan listrik dengan batu bara pada 2043," tegas Daniel Westerman, CEO AEMO, seperti dikutip dari keterangan tertulis.

Batu bara, lanjut Westerman, akan digantikan oleh sumber energi lain seperti matahari, hidro, gas, dan sebagainya. Dibutuhkan investasi sekitar AU$ 12 miliar untuk membangun berbagai infrastruktur tersebut.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Kurang 'Vitamin', Harga Batu Bara Diramal Masih Lemah Lesu

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular