"Dibantu" China, Dolar Australia Terus Nanjak Lawan Rupiah!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
30 December 2021 16:15
An Australia Dollar note is seen in this illustration photo June 1, 2017. REUTERS/Thomas White/Illustration
Foto: Dolar Australia (REUTERS/Thomas White)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia menguat lagi melawan rupiah pada perdagangan Kamis (30/12) meski tipis saja. Sementara Rabu kemarin penguatannya terbilang cukup tajam merespon sikap bank sentral China (People's Bank of China/PBoC).

Pada pukul 15:26 WIB, AU$ 1setara Ro 10.337,19, dolar Australia menguat tipis 0,03% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Semenyara kemarin, mata uang Negeri Kanguru mampu melesat 0,51% merespon komitmen PBoC untuk melonggarkan kebijakan moneter.

Pelonggaran tersebut diharapkan mampu mendongkrak perekonomian China. Ketika roda perekonomian Negeri Tiongkok berputar lebih kencang, permintaan impor dari Australia tentunya akan meningkat.

Dengan kata lain, pelonggaran kebijakan moneter PBoC juga berdampak positif bagi Australia.

Meski demikian untuk jangka menengah, outlook dolar Australia masih dikatakan tidak pasti.

"Outlook jangka menengah dolar Ausgtralia masih tidak pasti. Citi Economics mempertahankan perkiraan inflasi yang masih rendah di Australia dan bank sentralnya (RBA) akan bereaksi terhadap hal itu," kata Valery Berenshtein, analis di Citi FXWire dalam sebuah catatan yang dikutip, Poundsterlinglive, Rabu (29/12).

Bank of America (BofA) juga melihat beberapa faktor yang membuat dolar Australia tertekan di tahun ini masih akan berlanjut di tahun depan. Tetapi di semester II-2022, dolar Australia diperkirakan akan bisa kembali menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS). Penguatan tersebut tentunya berpeluang menekan rupiah juga.

"Tug-of-War (tarik tambang) antara pelambatan ekonomi China dan rencana normalisasi kebijakan moneter bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) akan menjadi tema utama yang menggerakkan dolar Australia di 2022," kata Adarsh Sinha, kepala strategi valas Asia-Pasific di BofA Hong Kong, sebagaimana dilansir poundstelringlive, Senin (20/12).

Namun, faktor tersebut perlahan akan menghilang dan pada akhirnya membuat dolar Australia menguat di semester II-2022. Sebab, RBA diperkirakan akan menaikkan suku bunga di kuartal IV-2022 merespon penguatan perekonomian Australia.

BofA memperkirakan produk domestik bruto (PDB) Australia akan tumbuh 4% di 2022.

Seberapa besar peluang kenaikan suku bunga di kuartal IV-2022 tergantung dari seberapa cepat target inflasi akan dicapai, begitu juga dengan rata-rata upah serta pasar tenaga kerja.

"Di semester II-2022, kami memperkirakan kondisinya akan konstruktif untuk dolar Australia," kata Sinha.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Penyebab Rupiah Menguat 4 Pekan Beruntun, Terbaik di Asia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular