
Jelang Tutup Tahun, Kurs Dolar Singapura Naik 4 Hari Beruntun

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura naik 4 hari beruntun melawan rupiah pada perdagangan Kamis (30/12), sehari menjelang berahirnya tahun 2021. Dolar Singapura kini berada di level tertinggi 7 pekan, tetapi sepanjang tahun ini masih mencatat pelemahan.
Pada pukul 13:52 WIB, SG$ 1 setara Rp 10.543,12, dolar Singapura menguat tipis 0,07% di pasar spot. Sejak awal pekan ini penguatannya tercatat sebesar 0,83%. Sementara sepanjang tahun ini dolar Singapura masih melemah 0,77% melawan rupiah.
Penguatan dolar Singapura di pekan ini ditopang ekspektasi pengetatan kebijakan moneter oleh Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS).
Pada pertengahan Oktober lalu, MAS sudah mengetatkan kebijakan moneternya, dan berpeluang melakukan lagi di awal tahun depan jika inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) terus menanjak.
Untuk diketahui, di Singapura, tidak ada suku bunga acuan, kebijakannya menggunakan S$NEER (Singapore dollar nominal effective exchange rate).
Kebijakan moneter, apakah itu longgar atau ketat, dilakukan dengan cara menetapkan kisaran nilai dan nilai tengah dolar Singapura terhadap mata uang negara mitra dagang utama. Kisaran maupun nilai tengah itu tidak diumbar kepada publik.
Pada 14 Oktober lalu MAS menaikkan kemiringan (slope) S$NEER dari sebelumnya di dekat 0%. Sementara lebar (width) dan titik tengah (centre) masih tetap.
Slope berfungsi membuat penguatan/penurunan dolar Singapura lebih cepat/lambat. Ketika slope dinaikkan, maka dolar Singapura bisa menguat lebih cepat, begitu juga sebaliknya.
Sementara pada Kamis pekan lalu pemerintah Singapura melaporkan CPI di bulan November tumbuh 3,8% (yoy), level tersebut merupakan yang tertinggi sejak Februari 2013.
Kemudian kemarin data dari Singapura menunjukkan inflasi di sektor produsen (producer price index/PPI) bulan November melesat 26% year-on-year (yoy) dari bukan sebelumnya 25,4% (yoy). PPI tersebut merupakan yang tertinggi sejak Maret 1980.
Ketika inflasi sektor produsen tinggi, maka harga jual produk kemungkinan akan dinaikkan dan berdampak pada inflasi CPI, yang menjadi pertimbangan MAS dalam mengetatkan kebijakan moneter.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura Pagi Jeblok Siang Naik, Ini Penyebabnya!
