Analisis Teknikal

Jangan Banyak Ngarep Akhir Tahun, IHSG Bisa Turun di Sesi 2

Tri Putra, CNBC Indonesia
Kamis, 30/12/2021 12:48 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia -  Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,13% ke level 6.591,78 pada sesi I perdagangan terakhir tahun ini, Kamis (30/12/2021).
Indeks dibuka menguat 0,13% di level 6.609,44. IHSG lanjut menguat dan menyentuh level tertingginya di 6.613,73. Kemudian IHSG berbalik arah dan sempat menyentuh level terendahnya di 6.589,1.

Sebanyak 181 saham menguat, 315 saham melemah dan 175 saham stagnan. Perdagangan cenderung sepi seperti yang sudah diperkirakan dan sejalan dengan tren historisnya.
Jika di sesi I nilai turnover biasanya mencapai Rp 6 triliun, pada hari ini nilai transaksi hanya mencapai Rp 5,5 triliun.

IHSG yang sudah menguat 5 hari beruntun serta jelang libur tahun baru dimanfaatkan oleh investor untuk profit taking. Hal ini tercermin dari net sell asing di pasar reguler yang mencapai Rp 132 miliar.


Perkembangan Covid-19 varian baru yakni Omicron masih menjadi fokus utama pelaku pasar. Seiring dengan berjalannya waktu dan berbagai riset dilakukan kabar baik terus berhembus soal Omicron.

Terbaru, John Bell, profesor kedokteran di Universitas Oxford serta penasehat pemerintah Inggris menyatakan pemandangan horor gelombang Covid-19 sudah menjadi sejarah.

Saat berbicara di BBC Radio 4, Bell menganalisa data dari Inggris di mana penambahan kasus per hari mencapai rekor tertinggi, dan penerimaan pasien di rumah sakit berada di level tertinggi sejak bulan Maret. Tetapi, Bell mengatakan jumlah orang yang berada di ICU, khususnya yang sudah divaksinasi masih sangat, sangat rendah.

"Jumlah orang yang sakit parah dan meninggal akbat Covid-19 secara mendasar tidak mengalami perubahan sejak kita divaksinasi dan itu merupakan sesuatu yang sangat penting untuk diingat," kata Bell kepada BBC sebagaimana diwartakan CNBC International, Rabu (29/12).

"Adegan horor yang kita lihat setahun lalu, ruang ICU penuh, banyak orang meninggal sebelum waktunya, dalam pandangan saya itu sekarang sudah menjadi sejarah dan kita harus meyakini hal ini akan terus berlanjut," tambah Bell.

Setelah terpuruk di sesi I, bagaimana arah IHSG di sesi II nanti? Berikut ulasan teknikalnya.

Analisis Teknikal

Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode jam (hourly) dari indikator Bollinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support).

Jika melihat posisi penutupan IHSG, maka indeks sudah berada di level supportnya di 6.592. Sementara itu indeks harus melewati level support selanjutnya di level 6.565 untuk membentuk tren turun (bearish).

Sedangkan untuk membentuk tren naik (bullish), indeks harus melewati level psikologis 6.600 dan selanjutnya di level 6.620 yang menjadi level resistennya.

Grafik: IHSG 1 Jam
Foto: Refinitiv

Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.

Saat ini RSI berada di area 52,47 dan cenderung bergerak turun. Terlebih lagi jika melihat indikator teknikal yang lain yaitu Moving Average Convergence Divergence (MACD), pola garisnya menunjukkan adanya konvergensi atau penyempitan.

Garis MACD 12 juga terpantau sudah memotong (crossing) garis MACD 26. Batang histogram MACD sudah berada di teritori negatif. Secara teknikal IHSG berpeluang lanjut melemah di sesi II.

Secara teknikal IHSG masih berpeluang untuk melanjutkan koreksi di sesi II nanti. Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Abaikan Sejenak Isu Trump, IHSG Melenggang ke Zona Hijau